Antarajabar.com - PT Jabar Rekind Geothermal (anak perusahaan BUMD Jawa Barat, PT Jasa Sarana) sebagai pemegang konsensi energi panas bumi di Cisolok-Cisukarame, Kabupaten Sukabumi, menyatakan nilai investasi untuk proyek di kawasan tersebut mencapai kurang lebih Rp3 triliun.
"Dan adapun untuk nilai investasi yang telah dibukukan sejak pertama hingga saat ini mencapai lebih dari 200 juta dolar AS atau sekitar kurang lebih Rp3 triliun," kata Direktur Utama PT Jabar Rekind Geothermal Ari Putranto di Bandung, Senin.
PT Jabar Rekind Geothermal sebagai anak perusahaan PT Jasa Sarana, kata Ari, mengaku bangga bisa menjadi bagian pemilik konsesi dan pemegang izin panas bumi pada wilayah tersebut sekaligus menjadikan PT Jasa Sarana sebagai BUMD pertama di Indonesia yang mengeksplorasi energi panas bumi.
Menurut dia, eksplorasi di kawasan tersebut akan dikerjasamakan dengan PT Jabar Energi (anak perusahaan PT Jasa Sarana) dan PT Roda Drilling Nusantara (RDN) dengan membentuk konsorsium yang diberi nama Jabar Drilling Nusantara.
"Jadi untuk pengeboran akan dimulai pada pekan pertama September 2016 dengan menggunakan rig," katanya.
Hari ini, lanjut Ari, pihaknya juga telah melakukan function test RIG di lokasi pabrik PT RDN di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Ia menjelaskan untuk menggali satu sumur berkedalaman 2.000 meter, dibutuh waktu 35-40 hari sehingga dalam satu tahun ini pihaknya menargetkan bisa menggali 12 sumur pada area seluas 15,5 hektare tersebut.
"Jadi usai eksplorasi, kami berharap bisa mengeksploitasi panas bumi, lalu menjualnya ke PLN untuk dijadikan listrik. Target COD (comercial of delivery) dengan PLN semester 1 2020 selama 30 tahun," katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional PT RDN Wisnu Wikrama Wardhana memastikan bahwa eksplorasi yang dilakukannya ramah lingkungan sehingga tidak akan merusak lingkungan sekitar.
Ia mengatakan alat-alat yang digunakan pun telah menjalani sertifikasi oleh lembaga terkait. "Jadi dalam pelaksanaannya, kami mengikuti SOP. Sebelum proses ini berjalan, kami juga melakukan kajian-kajian agar eskplorasi tidak berdampak apapun terhadap lingkungan sekitar," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan warga tidak perlu khawatir debit airnya akan terganggu akibat eksplorasi ini karena telah memetakan lokasi mana saja yang layak untuk dibor.
"Kemudian pengeborannya ini dipastikan minim material limbah. Limbah yang dihasilkan tidak sebanyak perusahaan atau pabrik sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lingkungannya akan tercemar," kata Wisnu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Dan adapun untuk nilai investasi yang telah dibukukan sejak pertama hingga saat ini mencapai lebih dari 200 juta dolar AS atau sekitar kurang lebih Rp3 triliun," kata Direktur Utama PT Jabar Rekind Geothermal Ari Putranto di Bandung, Senin.
PT Jabar Rekind Geothermal sebagai anak perusahaan PT Jasa Sarana, kata Ari, mengaku bangga bisa menjadi bagian pemilik konsesi dan pemegang izin panas bumi pada wilayah tersebut sekaligus menjadikan PT Jasa Sarana sebagai BUMD pertama di Indonesia yang mengeksplorasi energi panas bumi.
Menurut dia, eksplorasi di kawasan tersebut akan dikerjasamakan dengan PT Jabar Energi (anak perusahaan PT Jasa Sarana) dan PT Roda Drilling Nusantara (RDN) dengan membentuk konsorsium yang diberi nama Jabar Drilling Nusantara.
"Jadi untuk pengeboran akan dimulai pada pekan pertama September 2016 dengan menggunakan rig," katanya.
Hari ini, lanjut Ari, pihaknya juga telah melakukan function test RIG di lokasi pabrik PT RDN di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Ia menjelaskan untuk menggali satu sumur berkedalaman 2.000 meter, dibutuh waktu 35-40 hari sehingga dalam satu tahun ini pihaknya menargetkan bisa menggali 12 sumur pada area seluas 15,5 hektare tersebut.
"Jadi usai eksplorasi, kami berharap bisa mengeksploitasi panas bumi, lalu menjualnya ke PLN untuk dijadikan listrik. Target COD (comercial of delivery) dengan PLN semester 1 2020 selama 30 tahun," katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional PT RDN Wisnu Wikrama Wardhana memastikan bahwa eksplorasi yang dilakukannya ramah lingkungan sehingga tidak akan merusak lingkungan sekitar.
Ia mengatakan alat-alat yang digunakan pun telah menjalani sertifikasi oleh lembaga terkait. "Jadi dalam pelaksanaannya, kami mengikuti SOP. Sebelum proses ini berjalan, kami juga melakukan kajian-kajian agar eskplorasi tidak berdampak apapun terhadap lingkungan sekitar," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan warga tidak perlu khawatir debit airnya akan terganggu akibat eksplorasi ini karena telah memetakan lokasi mana saja yang layak untuk dibor.
"Kemudian pengeborannya ini dipastikan minim material limbah. Limbah yang dihasilkan tidak sebanyak perusahaan atau pabrik sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lingkungannya akan tercemar," kata Wisnu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016