Antarajabar.com - Sebanyak 68 perwakilan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) terbaik di Indonesia berkumpul di Kota Bandung mengikuti Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Kelembagaan Petani yang digelar Kementerian Pertanian RI, 13-16 April 2016.

"Petani didorong menjadi produsen yang juga menjadi leader di lapanga dalam peningkatan produktifitas pangan, salah satunya dengan pengembangan kepemimpinan dan entrepreneurship tak hanya dalam cakupan lokal tapi global," kata Kepala Pusat Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Kementerian Pertanian Fathan A Rasyid di Bandung, Kamis.

Kegiatan itu juga dihadiri oleh pengurus daera Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) dari 34 provinsi di Indonesia. Selama tiga hari para perwakilan pemimpin petani dari seluruh provinsi itu akan mendapatkan pembekalan teknis terkait pengembangan leadership produsen pangan itu.

Menurut dia, peningkatan kapasitas kepemimpinan kelembagaan petani sangat penting, terutama saat memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut dia penguatan kepemimpinan petani yang dilakukan hingga tingkat kelompok tani menjadi salah satu fokus guna meningkatkan daya saing dan produktifitas petani Indonesia.

"Kelembagaan petani kuat maka itu menjadi modal besar. Sebaliknya bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan petani bila kelambagaanya tidak kuat, itu akan sulit untuk bangkit," kata Fathan.

Ia menyebutkan, para kelompok tani dan gabungan kelompok tani yang hadir dalam bimbingan teknis kepemimpinan kelembagaan petani di Bandung itu adalah mereka yang pernah menerima penghargaan terbaik. Kehadiran mereka diharapkan bisa menjadi inspirasi dan memberikan pengalaman kepada  kelompok tani lain di Indonesia.

Fathan A Rasyid menyatakan saat ini telah terdata sebanyak 510.071 kelompok tani di Indonesia dan 61.144 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Dari jumlah itu sebanyak 14.068 kelompok keluarga tani.

"Jumlah yang masuk kategori SME baru lima persennya, masih kecil. Kami dorong kelompok tani itu terus termotivasi untuk naik kelas dari pemula lanjut ke madya hingga masuk kategori utama," katanya.

Lebih lanjut ia mengimbau para petani untuk masuk masuk kelompok dan berorganisasi, karena berdasarkan regulasi baru seluruh bantuan sektor pertanian akan diberikan berbasis kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Kementerian Pertanian telah meluncurkan Sistem Informasi Penyuluh Pertanian (Simluhtan) Indonesia yang berisi data-data petani dan kelompok tani sesuai dengan by name by adress. Ia berharap para petani dan kelompok tani proaktif untuk mendaftarkan anggotanya ke Simluhtan yang akan menjadi data base untuk berbagai program pertanian di Indonesia.

"Simluhtan merupakan data petani secara online yang bisa diakses semua pihak secara transparan, bisa mengetahui luasan areal lahan milik, program bantuan yang mereka terima dan kelompoknya. Semuanya terdata di sana dan menjadi data base nasional," katanya.

Kepala Badan Penyuluh Pertanian mengakui, berdasarkan data jumlah di Indonesia sebanyak 26,7 juta keluarga tani idealnya ada Gapoktan. Artinya menurut dia masih banyak keluarga tani yang belum masuk kelembagaan pertanian itu.

Ia menyebutkan, keberpihakan pemerintah untuk meningkatkan produktifitas pertanian cukup tinggi, hal itu dari peningkatan anggaran sektor pertanian dua kali lipat dari Rp15 triliun menjadi Rp32 triliun pada 2016.

"Selain meningkatkan produktifitas juga ditargetkan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan petani. Sehingga dengan adanya optimalisasi kelembagaan petani harapan itu bisa direalisasikan bersama," katanya.

 Sedangkan untuk mengoptimalkan produktivitas sektor pertanian, Kementerian Pertanian akan menambah jumlah penyuluh pertanian swadaya yang pada 2016 akan merekrut sebanyak 8.000 penyuluh pertanian swadaya.

"Kebutuhan penyuluh itu sangat besar, tahun ini kami akan merekrut 8.000 penyuluh swadaya bekerjasama dengan Kelompo Tani Nelayan Andalan (KTNA)," kata Kepala Badan Penyuluh Pertanian Kementerian Pertanian itu menambahkan.
  

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016