Antarajabar.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan melaporkan kejadian banjir di Kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, kepada Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan karena hingga saat ini belum ada titik temu penyelesaiannya.
"Banjir Rancaekek, Kahatex juga karena disinyalir ada sungai ditutup oleh Kahatx. Usaha hukum kita sudah tapi dikalahkan oleh pengadilan. Makanya saya akan lapor ke Pak Luhut (Menkopolhukam)," kata Ahmad Heryawan atau Aher di Bandung, Jumat.
Ditemui usai mendampingi kunjungan kerja Menkopolhukam di Kampus ITB, ia mengatakan banjir Rancaekek terjadi karena adanya aliran sungai yang ditutup oleh pabrik PT Kahatex untuk kepentingan perusahannya.
Menurut dia, aliran sungai itu diubah menjadi gorong-gorong yang tentunya tidak mampu lagi menampung tingginya volume air saat hujan lebat turun.
"Bayangkan saja tadinya sungai ditutup. Masuk ke Kahatex jadi gorong-gorong di Jalan Rancaekek juga gorong-gorong bayangin saja," kata dia.
Ia berpendapat salah satu cara untuk mengatasi banjir Rancaekek adalah dengan membongkar bangunan Kahatex yang menutupi sungai dan membuat jembatan untuk aliran air di area Jalan Rancaekek.
Tanpa upaya itu, menurut Aher, banjir di Kawaan Rancaekek, Kabupaten Bandung akan sulit terselesaikan.
"Saya pikir penanganan banjir depan Kahatex paling jitu, adalah dengan membongkar bangunan Kahatex yang menutupi sungai," ujarnya.
Akan tetapi, ia menjelaskan penanganan banjir di Rancaekek bukan menjadi kewenangan Pemprov Jabar sepenuhnya karena aliran sungai di bawah pabrik Kahatex merupakan kewenangan BBWS dan Jalan Rancaekeknya termasuk jalan nasional.
"Sehingga kami harus kordinasi dengan pemerintah pusat melalui BBWS, Dirjen Sumber Daya Air dan instansi lainnya," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
"Banjir Rancaekek, Kahatex juga karena disinyalir ada sungai ditutup oleh Kahatx. Usaha hukum kita sudah tapi dikalahkan oleh pengadilan. Makanya saya akan lapor ke Pak Luhut (Menkopolhukam)," kata Ahmad Heryawan atau Aher di Bandung, Jumat.
Ditemui usai mendampingi kunjungan kerja Menkopolhukam di Kampus ITB, ia mengatakan banjir Rancaekek terjadi karena adanya aliran sungai yang ditutup oleh pabrik PT Kahatex untuk kepentingan perusahannya.
Menurut dia, aliran sungai itu diubah menjadi gorong-gorong yang tentunya tidak mampu lagi menampung tingginya volume air saat hujan lebat turun.
"Bayangkan saja tadinya sungai ditutup. Masuk ke Kahatex jadi gorong-gorong di Jalan Rancaekek juga gorong-gorong bayangin saja," kata dia.
Ia berpendapat salah satu cara untuk mengatasi banjir Rancaekek adalah dengan membongkar bangunan Kahatex yang menutupi sungai dan membuat jembatan untuk aliran air di area Jalan Rancaekek.
Tanpa upaya itu, menurut Aher, banjir di Kawaan Rancaekek, Kabupaten Bandung akan sulit terselesaikan.
"Saya pikir penanganan banjir depan Kahatex paling jitu, adalah dengan membongkar bangunan Kahatex yang menutupi sungai," ujarnya.
Akan tetapi, ia menjelaskan penanganan banjir di Rancaekek bukan menjadi kewenangan Pemprov Jabar sepenuhnya karena aliran sungai di bawah pabrik Kahatex merupakan kewenangan BBWS dan Jalan Rancaekeknya termasuk jalan nasional.
"Sehingga kami harus kordinasi dengan pemerintah pusat melalui BBWS, Dirjen Sumber Daya Air dan instansi lainnya," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016