Lebih dari 700 karya hasil riset, inovasi, dan pengabdian pada masyarakat dipamerkan dalam ajang PRIMA ITB 2024 di Aula Barat dan Timur Kampus ITB Bandung.

"Hal ini bertujuan untuk memantapkan posisi dan kontribusi ITB dalam mendorong program-program baik di ranah ilmiah maupun peran di tengah masyarakat, berupa penelitian, inovasi, dan pengabdian pada masyarakat," kata Asisten Direktur Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITB Denny Willy Junaidy di lokasi, Senin.

Lebih lanjut, Denny menjelaskan bahwa dalam gelaran itu, area Aula Barat ITB khusus untuk inovasi yang dihasilkan oleh 12 fakultas di ITB.

Sementara di area Aula Timur diisi talkshow dan inovasi serta riset yang diwakili oleh Direktorat Penerapan Ilmu dan Teknologi Multidisiplin (DPITM) ITB yang menghimpun 34 pusat penelitian.

Dalam upaya untuk pencapaian tujuan untuk memantapkan posisi dan kontribusi ITB dalam mendorong program-program baik di ranah ilmiah maupun peran di tengah masyarakat tersebut, lanjut Deny, penelitian ilmiah merupakan komponen yang sentral dan penting.

"Budaya penelitian (research culture) harus menjadi bagian yang vital dalam kehidupan masyarakat akademik ITB," ucap Denny.

Sementara itu, Asisten Direktur Penerapan Ilmu dan Teknologi Multidisiplin, Grandprix Thomryes Marth Kadja, mengungkapkan bahwa penumbuhkembangan serta penguatan budaya penelitian merupakan inisiatif yang perlu diupayakan secara berkesinambungan untuk mewujudkan Budaya Ilmiah Unggul ITB.
Salah satu ciri penting dari budaya ilmiah unggul adalah upaya diseminasi pengetahuan secara meluas seperti ajang PRIMA ITB 2024 ini, untuk dapat mewujudkan beberapa tujuan sekaligus seperti meningkatkan public understanding in science, technology, engineering, mathematics and arts.

Kemudian, masyarakat luas dapat mengenal berbagai karya ilmiah yang dihasilkan oleh para peneliti ITB.

"Lalu memperluas peluang kerja sama antara ITB dan berbagai elemen di masyarakat dalam kerangka upaya peningkatan pemanfaatan karya-karya ilmiah ITB, serta mendekatkan antara knowledge supply dan society’s need," ucapnya.

Berdasarkan keterangan dari ITB, dalam aspek riset, kampus mencatatkan prestasi kancah internasional di mana sebanyak 14 dosen ITB berhasil masuk dalam daftar Top 2% Scientist in the World: Single Year Impact 2024 yang dirilis oleh Prof. John PA Ioannidis MD Ph.D dari Stanford University, Jeroen Baas dari Elsevier, dan Kevin Boyak dari SciTech Strategies yang meningkat dari tahun lalu sebanyak sembilan dosen.

Selain itu, publikasi ITB khususnya di Jurnal Top Tier juga semakin meningkat tiap tahunnya yang menjadi kebanggaan bagi ITB dapat berdiri sejajar dengan peneliti unggul di kancah internasional.

Dari aspek Inovasi, ITB telah menghasilkan banyak program riset inovasi dan karya yang sudah bermanfaat untuk masyarakat dan industri yang dikomersialisasikan melalui pembentukan perusahaan rintisan (startup business), joint operation, joint venture, dan lisensi kekayaan intelektual kepada industri.

Di masa yang akan datang, diharapkan inovasi-inovasi ITB itu dapat menjadi salah satu sumber pendanaan yang signifikan dengan harapan inovasi yang dihasilkan berlandasan ilmiah yang kuat (scientific foundation), menjawab permasalahan real, dan mendatangkan pendapatan yang signifikan bagi ITB.
ITB juga menjadi pionir perguruan tinggi pertama Indonesia yang mendaftarkan paten internasional melalui Patent Cooperation Treaty (PCT) yang menandakan inovasi tersebut tidak sekadar bermakna secara lokal, tetapi telah diakui dan berpotensi memberikan dampak global.

Komitmen ITB dalam mendorong transfer teknologi pun nyata terlihat dari data Kekayaan Intelektual (KI) yang ITB miliki. Dari total KI yang telah dikembangkan, sebanyak 45 di antaranya telah berhasil dimanfaatkan oleh industri melalui berbagai skema inovatif.

Saat ini ITB sudah membina lebih dari 275 startup. Beberapa startup sudah membayarkan royalti ke ITB melalui penggunaan lisensi paten. Delapan startup saat ini sedang mengikuti program inkubasi dan akselerasi Primestep yang didanai oleh ADB.

ITB tahun 2024 telah melaksanakan program ITB i-Teams bersama Centre for Global Equality dan University of Cambridge. ITB i-Teams merupakan bagian program ASEAN i-Teams pertama di Indonesia yang diselenggarakan selama delapan minggu, dan ditujukan bagi mahasiswa dengan kegiatan utama, di antaranya melakukan riset pasar untuk produk-produk yang dikembangkan oleh inventor atau peneliti dari Institut Teknologi Bandung atau University of Cambridge

Dari sisi Pengabdian Masyarakat, ITB melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang Berbudaya Ilmiah Unggul (BIU) melalui penerapan teknologi eksplorasi pengeboran air, penyediaan air bersih siap minum, konektivitas internet, sumberdaya listrik, teknologi pertanian.

Jangkauannya, sampai kepada wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) bersinergi dengan Kementerian Desa PDT. Sasaran itu melingkupi Wilayah Indonesia Timur meliputi desa-desa sangat tertinggal, di 86 Desa 3T, di pulau-pulau terluar bagian timur Indonesia di 12 dataran tinggi pegunungan, delapan dataran rendah, tujuh desa pesisir, dua desa kepulauan dan satu desa rawa.

Selain itu, DRPM ITB juga telah membangun Aplikasi Desanesha untuk menghubungkan para Kepala Desa dengan pakar ITB menerapkan Ipteksains serta meningkatkan Indikator Desa Membangun (IDM).

Dalam kegiatan ini juga, diberikan penghargaan PRIMA Award kepada dosen yang berprestasi dalam bidang riset, inovasi, pengabdian kepada Masyarakat, dan kerjasama. Serta pada Booth Fakultas/Sekolah Favorit, Start-Up terbaik, serta Penghargaan Khusus Mitra Pemberdaya.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 700 lebih karya inovasi-pengabdian dipamerkan dalam PRIMA ITB 2024

Pewarta: Ricky Prayoga

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024