Antarajabar.com - Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Cianjur, Jabar, menilai pelaku UMKM di wilayah tersebut mampu bersaing dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang telah bergulir sejak satu pekan terakhir.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Cianjur, Ridwan Ilyasin, di Cianjur, Kamis, mengatakan, kendati selama ini masih banyak kendala yang menghalangi pelaku UMK untuk dapat mengembangkan usahanya hingga pasar Asean, tetapi sekarang sudah siap bersaing.
"Melihat dari segi produk pelaku UMK Cianjur sudah lebih unggul dibandingkan daerah lain di Indonesia, bahkan dengan produk negara lain di Asean. Untuk produk kerajinan, Cianjur punya kualitas yang baik serta nilai seni yang tinggi. Sementara produk makanan, rasa dari seluruh produk yang dibuat unggul dalam segi rasa," katanya.
Namun produk tersebut hanya dapat bertahan dan berkembang di wilayah sendiri karena banyak persyaratan yang belum bisa dipenuhi pelaku UMKM Cianjur, untuk bisa menjual produknya hingga di pasar Asean.
"Paling sulit untuk mengembangkan penjualan UMK bidang makanan, sebab untuk bersaing di MEA, mereka harus memliki legalisasi atau sertifikat khusus," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini pelaku UMKM yang telah memiliki sertifikat hanya 60 orang meskipun di wilayah tersebut, terdapat lebih dari seribu pelaku UMKM, dari yang mikro hingga yang kecil.
"Sebenarnya, ada juga yang mendaftar melalui Disperindag, namun kami belum mengetahui jumlahnya. Tapi kami akan segera koordinasi untuk menginventarisir jumlah keseluruhan," katanya.
Dia menuturkan, pihaknya akan kembali memfasilitasi pelaku UMKM untuk membuat sertifikasi usaha dan produknya dengan sejumlah kemudahan agar produk UMKM memiliki sertifikat yang layak sehingga dapat bersaing dengan produk dari negara lain di Asean.
Sementara Ketua Forum Komunikasi UMKM Cianjur, Adang Pratidi, mengatakan sejak persiapan hingga memasuki MEA, UMKM Cianjur memiliki banyak kendala, terlebih untuk pengusaha makanan, seperti sulitnya mendapatkan label halal setelah adanya uji kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, proses sertifikasi menjadi lambat.
"Uji kesehatan dalam setahun hanya 2 kali, padahal kebutuhan bisa setiap hari. Apabilagi sudah memasuki MEA, harapan kami ada kebijakan baru dari pemerintah daerah," katanya.
Pihaknya pun berharap Pemkab Cianjur dapat melakukan upaya promosi produk, sehingga pengusaha kecila dapat semakin kuat untuk bersaing dengan produk dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Selama ini yang kurang memang dari promosi, sehingga produk CIanjur lemah, bahkan di kotanya sendiri. Makanya harus ada promosi supaya dikenal dan mampu bersaing," katanya.

Pewarta: Fikri

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016