Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat, menginstruksikan seluruh camat dan kepala desa meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan bencana alam dengan menyiapkan mitigasi bencana dan lokasi pengungsian sebagai upaya cepat penanganan.
Wakil Bupati Cianjur Tb Mulyana Syachrudin di Cianjur Minggu, mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG akhir tahun 2024 hingga awal tahun 2025 akan terjadi peningkatan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang, termasuk di Cianjur.
"Sehingga perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan berbagai kalangan, termasuk dinas dan instansi terkait di Pemkab Cianjur, guna melakukan penanganan cepat ketika terjadi bencana, karena bencana alam tidak dapat diprediksi," katanya.
Dia menjelaskan desa dan kecamatan yang rawan terjadi bencana alam seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah, diminta menyiapkan berbagai langkah termasuk memastikan lokasi pengungsian sehingga proses evakuasi warga dapat dilakukan ketika melihat tanda alam.
Pasalnya, ungkap dia, sebagian besar wilayah Cianjur masuk dalam zona merah bencana tertinggi kedua di Jawa Barat, sehingga berbagai upaya guna meminimalisir terjadinya korban jiwa harus dilakukan, termasuk melakukan pemantauan rutin di wilayah rawan.
"Kesiapsiagaan dan kewaspadaan warga juga harus lebih ditingkatkan, segera mengungsi ke tempat aman ketika ada peringatan dari petugas atau relawan," katanya.
Pihaknya mencatat selama satu pekan terakhir bencana alam dilaporkan terjadi di sejumlah kecamatan di Cianjur, seperti pergerakan tanah di tiga Kecamatan Pagelaran, Kadupandak dan Takokak, serta longsor di Kecamatan Naringgul dan Sukaresmi.
Untuk bencana alam pergerakan tanah, terdata lebih dari 200 Kepala Keluarga (KK) di tiga kecamatan mengungsi karena rumah mereka rusak di bagian lantai dan dinding, sehingga rawan ambruk saat ditempati, karena pergerakan tanah terus meluas dan bertambah dalam.
"Untuk korban pergerakan tanah yang rumahnya rusak diupayakan akan mendapat bantuan dari pemerintah, nanti dilihat kondisinya apakah masih layak dihuni atau direlokasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Wakil Bupati Cianjur Tb Mulyana Syachrudin di Cianjur Minggu, mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG akhir tahun 2024 hingga awal tahun 2025 akan terjadi peningkatan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang, termasuk di Cianjur.
"Sehingga perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan berbagai kalangan, termasuk dinas dan instansi terkait di Pemkab Cianjur, guna melakukan penanganan cepat ketika terjadi bencana, karena bencana alam tidak dapat diprediksi," katanya.
Dia menjelaskan desa dan kecamatan yang rawan terjadi bencana alam seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah, diminta menyiapkan berbagai langkah termasuk memastikan lokasi pengungsian sehingga proses evakuasi warga dapat dilakukan ketika melihat tanda alam.
Pasalnya, ungkap dia, sebagian besar wilayah Cianjur masuk dalam zona merah bencana tertinggi kedua di Jawa Barat, sehingga berbagai upaya guna meminimalisir terjadinya korban jiwa harus dilakukan, termasuk melakukan pemantauan rutin di wilayah rawan.
"Kesiapsiagaan dan kewaspadaan warga juga harus lebih ditingkatkan, segera mengungsi ke tempat aman ketika ada peringatan dari petugas atau relawan," katanya.
Pihaknya mencatat selama satu pekan terakhir bencana alam dilaporkan terjadi di sejumlah kecamatan di Cianjur, seperti pergerakan tanah di tiga Kecamatan Pagelaran, Kadupandak dan Takokak, serta longsor di Kecamatan Naringgul dan Sukaresmi.
Untuk bencana alam pergerakan tanah, terdata lebih dari 200 Kepala Keluarga (KK) di tiga kecamatan mengungsi karena rumah mereka rusak di bagian lantai dan dinding, sehingga rawan ambruk saat ditempati, karena pergerakan tanah terus meluas dan bertambah dalam.
"Untuk korban pergerakan tanah yang rumahnya rusak diupayakan akan mendapat bantuan dari pemerintah, nanti dilihat kondisinya apakah masih layak dihuni atau direlokasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024