Antarajabar.com  - Gejala perubahan iklim yang terjadi di Tanah Air dinilai bakal berdampak kepada terjadinya destabilisasi sistem air di berbagai negara di dunia, kata Penasehat Teknis Sektor Air Bank Pembangunan Asia (ADB) Vijay Padmanabhan.


"Kajian regional menunjukkan bahwa seiring pergerakan perubahan iklim, kita akan lebih sering melihat efek destabilisasi terhadap sistem air dunia, dengan dampak signifikan di kawasan Asia-Pasifik," kata Vijay Padmanabhan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.


Berdasarkan data ADB, dari sekitar 1,1 miliar orang yang diperkirakan tanpa adanya akses kepada air minum, hampir 70 persennya berasal dari Asia-Pasifik.


Asia juga telah dinyatakan sebagai garis terdepan dampak perubahan iklim baik dalam hal keterdampakan maupun keterentanan, yang sangat terasa terhadap sumber air.


ADB memprediksikan bahwa akan terjadi peningkatan air untuk keperluan industri hingga 65 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan saat ini.


Pada periode yang sama, diperkirakan akan terjadi peningkatan 30 persen untuk kebutuhan rumah tangga dan lima persen untuk sektor pertanian.


Karena itu, menyediakan pangan, energi, air minum yang aman serta akses kepada sanitasi tanpa mengkompromikan daya dukung lingkungan akan lebih menantang terutama dengan adanya dampak perubahan iklim terhadap risiko bencana alam yang terkait dengan air.    


"Menemukan solusi dalam menghadapi tantangan air Asia berarti menghadapi keruwetan yang luar biasa dan mengambil pendekatan inovatif yang dapat membuat kita berbuat sesuatu hal yang lebih dengan cara yang sedikit," kata Spesialis Sumber Daya Air ADB Yasmin Siddiqi.


Menurut dia, hal tersebut dapat tercapat bila berbagai pihak mengenali sumber daya air sebagai hal yang sangat penting dan beralih dari pendekatan konvensional.


Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah memberikan akses air yang lebih baik guna mengurangi dampak kekeringan akibat fenomena El Nino yang diperkirakan melanda daerah-daerah di Indonesia hingga sekitar akhir 2015.


"Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah adalah memberikan akses air yang lebih baik kepada masyarakat," kata Jusuf Kalla setelah mengikuti Acara 33 Tahun Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (9/8).


Wapres juga mengemukakan bahwa hasil pantauan yang telah dilakukan sementara ini masih memadai di berbagai waduk, namun pemerintah akan tetap terus mengevaluasi kondisi terkait dengan dampak El Nino.


Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, ketersediaan air dalam waduk besar yang biasa dipakai untuk membangkitkan energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dinilai aman.


Menurut dia, dari 91 waduk yang telah dimonitor memang terdapat 17 waduk yang kering tetapi itu semuanya adalah waduk yang berukuran kecil yang tidak terkait PLTA.


Menpupera mengemukakan untuk daerah yang kekurangan suplai air, telah disiapkan antara lain mobil tanki air yang sudah disebar ke sejumlah kabupaten.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015