Antarajawabarat.com, 13/5 - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung akan membuka program pendidikan Sinematografi Dakwah untuk mendukung perkembangan produksi film-film religi di Indonesia.

"Kami sudah sampaikan rencana ini kepada Wagub Jabar Pak Deddy Mizwar yang merupakan pelaku perfilman Indonesia, dan kami akan melakukan diskusi dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ)," kata Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Bandung Asep Saiful Muhtadi di Bandung, Rabu.

Pihaknya akan membuka prodi baru itu untuk tahun ajaran 2015-2016 dan kurikulumnya telah dipersiapkan untuk dilengkapi dan disempurnakan.

Secara khusus UIN Bandung juga menggelar diskusi mengenai peluang dan tantangan sinematografi dakwah bersama Dedy Mizwar yang bertempat di Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati.

"Pengadaan prodi ini terinspirasi dari fenomena banyaknya film-film bertema religi yang masuk bioskop dan diminati penonton tanah air," katanya.

Ia menyebutkan fenomena menarik ketika munculnya film Nada dan Dakwah, karya Dedy Mizwar pada 2005. Ia mengaku mengkritik keras penampilan sosok Ustadz Zainuddin MZ yang waktu itu berperan sebagai seorang ustadz, tapi dalam film tersebut perannya kurang meyakinkan.

"Lain cerita kalau peran ustadz tersebut diberikan kepada aktor yang sudah piawai, orang yang menonton pasti akan yakin kalau yang mereka tonton itu ustadz sungguhan. Di sini menurut saya ilmu sinematografi dakwah juga jadi penting," kata Asep.

Menurut dia UIN sebagai lembaga pendidikan tinggi, harus memiliki konsentrasi terhadap bidang sinematografi karena bidang ini merupakan cara baik untuk menyampaikan pesan dakwah.

"Kekuatan Film tidak bisa dianggap sepele, tidak bisa hanya dilihat dari sisi negatifnya saja. Kekuatan film untuk menginspirasi itu sangat tinggi, maka kita berpikir harus ada satu kelembagaan pendidikan tinggi yang khusus menekuni itu," katanya.

Asep memaparkan persiapan UIN untuk pengadaan prodi sinematografi dakwah sudah mencapai 50 persen dan tinggal menunggu konfirmasi penggunaan gedung dan izin dari kampus.

"Persiapan yang dilakukan sudah sekitar setahun, khusus untuk menyiapkan perangkat dan sarana. Kita baru selesai membuat laboratorium untuk film dan televisi. Meskipun masih sederhana, tapi sudah siap untuk digunakan," kata Asep.

Asep menjelaskan kendala terbesar untuk pengadaan prodi sinematografi dakwah yaitu mengumpulkan sumber daya manusia.

"SDM sebenarnya kita sudah punya, tapi rata-rata dari kalangan akademisi. Kita masih butuh dari kalangan praktisi. Untuk kalangan praktisi mungkin kita bisa minta rekomendasi dari IKJ," kata Asep.

Rencananya tahun pertama pihaknya akan menyiapkan kuota untuk dua kelas atau sebanyak 80 mahasiswa.***1***




Aditya

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015