Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat menyampaikan masyarakat harus mewaspadai potensi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat musim kemarau basah atau masih terjadi hujan saat kemarau yang bisa menyebabkan banyaknya genangan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk penyebar DBD.
"Harusnya kurvanya mulai plate dan turun di bulan Agustus sampai akhir tahun, tapi karena ada perubahan iklim atau cuaca dikhawatirkan kurvanya plate lama atau bahkan naik, maka kewaspadaan DBD harus terus jadi fokus kita," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat saat dihubungi melalui telepon seluler di Tasikmalaya, Selasa.
Ia menuturkan kasus DBD yang disebabkan dari nyamuk Aedes aegypti itu masih menjadi perhatian Dinkes Kota Tasikmalaya untuk melakukan pencegahan, penanganan, dan pengobatan bagi masyarakat yang terjangkit DBD.
Selama Januari sampai Juli 2024 ini, kata dia, tercatat kasus DBD sebanyak 1.230 orang, empat orang dilaporkan meninggal dunia, untuk kasus kematian terjadi penambahan dari sebelumnya tiga menjadi empat kasus.
"Kematian ada empat orang, ada kenaikan kasus DBD dan penambahan angka kematian dari tiga menjadi empat," katanya.
Ia mengungkapkan kasus DBD muncul tergantung dari kondisi cuaca, biasanya cenderung terjadi saat musim hujan karena akan banyak air bersih yang menampung, sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD.
Selanjutnya kasus DBD itu, kata dia, seringkali turun pada musim kemarau, namun kondisi musim saat ini yang masih turun hujan di bulan-bulan kemarau bisa menjadi perpanjangan berkembangbiaknya nyamuk yang akhirnya kasus DBD terus terjadi.
"Ketika masuk perpanjangan, maka genangan semakin panjang, kesempatan nyamuk untuk hidup semakin panjang, karena kan kita tahu bahwa mereka bertelur di air yang jernih, maka DBD itu tidak ikut siklus itu, tapi sepanjang tahun ada kasus DBD," katanya.
Adanya potensi berkembangbiaknya nyamuk DBD itu, kata dia, maka pihaknya terus mengkampanyekan kepada masyarakat untuk selalu rutin melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitar, maupun di dalam rumah.
Masyarakat, kata dia, harus memiliki kesadaran untuk selalu membuang genangan air seperti di tempat dispenser, kulkas, bak air, dan selalu menutup rapat tempat penyimpanan air bersih agar nyamuk tidak berkembang biak.
"Pemberantasan sarang nyamuk dan jentik menjadi penting," katanya.
Ia menambahkan apabila masyarakat mengeluhkan sakit untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas maupun klinik terdekat agar secepatnya bisa terdeteksi dan langsung mendapatkan penanganan medis.
Pemerintah Kota Tasikmalaya, kata dia, sudah menyiapkan alat pendeteksi dini DBD di setiap puskesmas, sebagai langka cepat dan tepat dalam penanganan masyarakat yang terjangkit DBD, sehingga bisa terselamatkan.
"Terutama angka kejadiannya sudah tinggi, kita harus menekan kasus baru, dan menekan angka kematian karena DBD," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Harusnya kurvanya mulai plate dan turun di bulan Agustus sampai akhir tahun, tapi karena ada perubahan iklim atau cuaca dikhawatirkan kurvanya plate lama atau bahkan naik, maka kewaspadaan DBD harus terus jadi fokus kita," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat saat dihubungi melalui telepon seluler di Tasikmalaya, Selasa.
Ia menuturkan kasus DBD yang disebabkan dari nyamuk Aedes aegypti itu masih menjadi perhatian Dinkes Kota Tasikmalaya untuk melakukan pencegahan, penanganan, dan pengobatan bagi masyarakat yang terjangkit DBD.
Selama Januari sampai Juli 2024 ini, kata dia, tercatat kasus DBD sebanyak 1.230 orang, empat orang dilaporkan meninggal dunia, untuk kasus kematian terjadi penambahan dari sebelumnya tiga menjadi empat kasus.
"Kematian ada empat orang, ada kenaikan kasus DBD dan penambahan angka kematian dari tiga menjadi empat," katanya.
Ia mengungkapkan kasus DBD muncul tergantung dari kondisi cuaca, biasanya cenderung terjadi saat musim hujan karena akan banyak air bersih yang menampung, sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD.
Selanjutnya kasus DBD itu, kata dia, seringkali turun pada musim kemarau, namun kondisi musim saat ini yang masih turun hujan di bulan-bulan kemarau bisa menjadi perpanjangan berkembangbiaknya nyamuk yang akhirnya kasus DBD terus terjadi.
"Ketika masuk perpanjangan, maka genangan semakin panjang, kesempatan nyamuk untuk hidup semakin panjang, karena kan kita tahu bahwa mereka bertelur di air yang jernih, maka DBD itu tidak ikut siklus itu, tapi sepanjang tahun ada kasus DBD," katanya.
Adanya potensi berkembangbiaknya nyamuk DBD itu, kata dia, maka pihaknya terus mengkampanyekan kepada masyarakat untuk selalu rutin melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitar, maupun di dalam rumah.
Masyarakat, kata dia, harus memiliki kesadaran untuk selalu membuang genangan air seperti di tempat dispenser, kulkas, bak air, dan selalu menutup rapat tempat penyimpanan air bersih agar nyamuk tidak berkembang biak.
"Pemberantasan sarang nyamuk dan jentik menjadi penting," katanya.
Ia menambahkan apabila masyarakat mengeluhkan sakit untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas maupun klinik terdekat agar secepatnya bisa terdeteksi dan langsung mendapatkan penanganan medis.
Pemerintah Kota Tasikmalaya, kata dia, sudah menyiapkan alat pendeteksi dini DBD di setiap puskesmas, sebagai langka cepat dan tepat dalam penanganan masyarakat yang terjangkit DBD, sehingga bisa terselamatkan.
"Terutama angka kejadiannya sudah tinggi, kita harus menekan kasus baru, dan menekan angka kematian karena DBD," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024