Wakil Supervisor Program Tuberkulosis (TBC) Dinas Kesehatan Jawa Barat Hariyah mengungkapkan bahwa masih ada sejumlah kabupaten dan kota yang memiliki pekerjaan rumah atau PR dalam mengeliminasi kasus penyakit tersebut.
Menurut Hariyah, kabupaten/kota yang masih memiliki PR tersebut adalah yang memiliki jumlah penduduk padat, serta mobilitas masyarakat yang terbilang tinggi seperti Kabupaten Bogor, Kota Bandung dan Kota Bekasi. Sementara yang sudah baik adalah Kota Sukabumi dan Kota Banjar.
"Untuk temuan kasus sendiri, sudah 150 persen, sebenarnya target (temuan) sudah melebihi semua. Sementara untuk penyembuhan (secara benar), paling tinggi 87 persen. Enggak ada yang 90 persen, sesuai target," ujar Hariyah usai rapat penyusunan dokumen perencanaan terkait Pencegahan dan Pengendalian Aids Tuberculosis Malaria (PP-ATM) kabupaten kota Provinsi Jabar di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Masalah juga datang, kata dia, ketika pasien suspek TBC yang tidak menjalankan pengobatan secara lengkap sesuai waktu yang ditentukan, yakni enam bulan, dan ketika ditambah kabupaten atau kota itu padat penduduk, akhirnya meningkatkan risiko penularan kepada lingkungan sekitar.
"Ketika pasien sudah tegak diagnosis, harus mulai pengobatan dan harus sampai tuntas enam bulan. Tetapi yang terjadi di lapangan, pasien dengan berobat dua bulan sudah merasa enak dia enggak mau melanjutkan sampai enam bulan sehingga betul harus terus disosialisasikan," ucapnya.
Sosialisasi, kata Hariyah, diharapkan kepada para pendamping dari pasien TBC yang bisa datang dari tenaga kesehatan, keluarga atau kader yang harus berusaha terus mengedukasi, dan mendampingi, supaya pasien menjalani pengobatan hingga tuntas sehingga menurunkan risiko penularan.
"Jadi pekerjaan rumah juga, keberhasilan pengobatan sesuai waktu. Itu harus diingat jangan hanya bisa menemukan tapi juga harus berhasil mengobati, sebisa mungkin mulai pengobatan segera menyelesaikan programnya. Jika ini tidak, bisa, efeknya kita tidak akan bisa eliminasi TB di 2030," ucapnya.
Kasus TBC di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Di mana berdasarkan data terakhir, jumlah kasus baru mencapai 224 ribu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Menurut Hariyah, kabupaten/kota yang masih memiliki PR tersebut adalah yang memiliki jumlah penduduk padat, serta mobilitas masyarakat yang terbilang tinggi seperti Kabupaten Bogor, Kota Bandung dan Kota Bekasi. Sementara yang sudah baik adalah Kota Sukabumi dan Kota Banjar.
"Untuk temuan kasus sendiri, sudah 150 persen, sebenarnya target (temuan) sudah melebihi semua. Sementara untuk penyembuhan (secara benar), paling tinggi 87 persen. Enggak ada yang 90 persen, sesuai target," ujar Hariyah usai rapat penyusunan dokumen perencanaan terkait Pencegahan dan Pengendalian Aids Tuberculosis Malaria (PP-ATM) kabupaten kota Provinsi Jabar di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Masalah juga datang, kata dia, ketika pasien suspek TBC yang tidak menjalankan pengobatan secara lengkap sesuai waktu yang ditentukan, yakni enam bulan, dan ketika ditambah kabupaten atau kota itu padat penduduk, akhirnya meningkatkan risiko penularan kepada lingkungan sekitar.
"Ketika pasien sudah tegak diagnosis, harus mulai pengobatan dan harus sampai tuntas enam bulan. Tetapi yang terjadi di lapangan, pasien dengan berobat dua bulan sudah merasa enak dia enggak mau melanjutkan sampai enam bulan sehingga betul harus terus disosialisasikan," ucapnya.
Sosialisasi, kata Hariyah, diharapkan kepada para pendamping dari pasien TBC yang bisa datang dari tenaga kesehatan, keluarga atau kader yang harus berusaha terus mengedukasi, dan mendampingi, supaya pasien menjalani pengobatan hingga tuntas sehingga menurunkan risiko penularan.
"Jadi pekerjaan rumah juga, keberhasilan pengobatan sesuai waktu. Itu harus diingat jangan hanya bisa menemukan tapi juga harus berhasil mengobati, sebisa mungkin mulai pengobatan segera menyelesaikan programnya. Jika ini tidak, bisa, efeknya kita tidak akan bisa eliminasi TB di 2030," ucapnya.
Kasus TBC di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Di mana berdasarkan data terakhir, jumlah kasus baru mencapai 224 ribu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024