Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat memprioritaskan upaya untuk menurunkan angka kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di daerah itu yang sejak awal 2024 tercatat ada delapan laporan terkait hal tersebut.

"Kasus kekerasan anak dan perempuan di Kota Cirebon perlu ada perhatian lebih dalam penanganan dan pendampingannya,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Cirebon Suwarso Budi Winarno di Cirebon, Kamis.

Budi menjelaskan pihaknya sudah menerapkan sejumlah strategi agar jumlah kasus tersebut berkurang. Misalnya dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Cirebon.

Menurut dia, satgas tersebut selalu melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk memetakan persoalan serta memberikan penanganan yang sesuai terhadap kasus kekerasan itu.

Selain itu, kata Budi, berbagai kegiatan dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak juga rutin dilakukan seperti sosialisasi three end, kota layak anak, konvensi hak anak, parenting, hingga pemberdayaan perempuan.

“Kami juga melaksanakan pelatihan pendamping korban, edukasi pengarusutamaan gender. Tapi yang paling utama adalah penguatan jejaring atau kolaborasi dengan semua pihak terkait,” ujarnya.

Terkait penanganan delapan kasus kekerasan pada 2024, ia memastikan saat ini pihaknya fokus memberikan pendampingan dan mengurangi dampak psikologis yang dialami para korban.

“Progres pendampingan dan penanganan masih berjalan. Bekerja sama dengan stakeholder yang ada,” tuturnya.


Budi menekankan dalam mencegah kasus kekerasan itu, diperlukan peran lebih dari semua pihak khususnya orang tua, guru dan lingkungan sekitar.

Ia menambahkan bahwa kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Cirebon selalu terjadi setiap tahun. Contohnya pada 2022 jumlahnya mencapai 63 kasus yang terdiri atas korban orang dewasa 35 orang dan 28 anak-anak.

Kemudian, pada 2023 jumlahnya berkurang menjadi 55 kasus dengan rincian 25 korban orang dewasa dan 30 anak-anak.

“Banyak kasus yang dialami anak dan perempuan. Sehingga kami ingin mengajak seluruh pihak terkait bisa bekerja sama supaya kasus ini menurun,” ucap Budi.

 

Pewarta: Fathnur Rohman

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024