Pengamat pasar modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengatakan kecil kemungkinan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga di bawah level 7.000 akibat sentimen negatif pasar terhadap konflik geopolitik di Timur Tengah.

“Saya pikir IHSG di level 7.050 hingga 7.100 adalah hal yang wajar, walaupun angkanya rendah, dan kecil kemungkinan akan turun di bawah 7.000,” kata Budi Frensidy saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Terkait imbas konflik Iran-Israel terhadap transaksi saham, ia menuturkan kelompok saham yang paling terdampak adalah saham dari emiten yang memiliki bobot produk ekspor maupun impor serta nilai utang dalam dolar AS yang besar.

Sementara kelompok saham yang dijual oleh emiten yang bahan baku dan pasar utama produk-produknya berada di dalam negeri serta tidak punya atau hanya memiliki sedikit utang dalam Rupiah tidak terdampak signifikan.

Selain saham, ia menyampaikan bahwa konflik Iran-Israel juga memengaruhi produk pasar modal lainnya, yakni obligasi.

“Obligasi ikut tertekan dengan terjadinya capital outflow (aliran modal keluar) karena Rupiah yang melemah,” ucap Budi.

Ia menuturkan bahwa rupiah yang melemah membuat yield yang diminta investor naik sehingga harga pasar obligasi menurun.

Ia pun menyarankan para investor untuk selektif dalam membeli dan menjual produk pasar modal karena volatilitas sedang tinggi.

“Selalu pegang minimal 30 persen (dari produk investasi yang dimiliki) sebagai cash on hand,” ujar Budi.

 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat: Kecil kemungkinan IHSG di bawah 7.000 akibat isu geopolitik

Pewarta: Uyu Septiyati Liman

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024