Antarajawabarat.com,17/9 - Lahan sawah seluas 6.500 hektare di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terancam gagal panen akibat kekeringan dampak musim kemarau, kata Kepala Seksi Produksi Badan Ketahanan Pangan Indramayu Ir Anang.

Kepada wartawan di Indramayu, Rabu, Anang menuturkan ancam gagal panen akibat kekeringan di Kecamatan Losarang dan Kandanghaur sekitar 3.500 hektare, sedangkan di Krangkeng hingga perbatasan Cirebon kisaran 3.000 hektare.

Ribuan sawah tersebut, kata dia, sulit diselamatkan karena pasokan air dari waduk Rentang semakin sulit, selain debit air berkurang, persediaan tidak sebanding dengan kebutuhan.

Luasnya lahan pertanian di Kabupaten Indramayu masih belum diimbangi dengan saluran irigasi dan persediaan dari di sejumlah waduk, sehingga kemarau pasti akan gagal panen.

Selama ini lahan sawah di pantura Kabupaten Indramayu merupakan tadah hujan, kata Anang, sehingga petani harus memperhitungkan masa tanam mereka, jangan memaksakan saat kemarau.

Tanaman padi membutuhkan air cukup tinggi, kata dia, mengandalkan waduk Rentang jelas tidak akan terpenuhi, sebaiknya petani setempat belajar ubah pola tanam.

Memanfaatkan tanaman semusim dan hemat air, langkah tepat bagi petani di Kabupaten Indramayu untuk menghindari gagal panen akibat kekeringan dimusim kemarau.

Menurut dia, masih banyak tanaman yang bisa dikembangkan di lahan tadah hujan, dengan keuntungan cukup menjanjikan seperti budidaya blewah, melon dan semangka.

Damiri petani melon di Indramayu mengaku, musim kemarau ditunggu oleh petani melon dan semangka, karena saat itu tepat kembangkan buah tersebut, selama ini petani Indramayu mengandalkan padi, mereka hanya bisa mengolah sawah musim hujan.

Kemarau lebih menguntungkan bagi petani melon, kata dia, selain hasilnya tembus pasar ekspor dengan harga tinggi dan menguntungkan bagi petani, pola ubah tanam akan menghindari mereka dari kekeringan.***3***

Enjang S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014