Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengelolaan Sampah guna mengakselerasi tren positif pengolahan sampah selesai di sumber.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan setelah lepas dari masa darurat sampah perlu ada hal yang berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar mampu mengolah sampah dari sumbernya.
Baca juga: Pengusaha restoran dan kafe di Bandung diminta kelola sampah mandiri
"Kebiasaan baru dan keberlanjutan pengolahan sampah adalah keniscayaan. Bagaimana kita terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghadirkan perilaku terbarukan pengelolaan sampah," kata Ema di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Ema menyebut perubahan positif yang dihasilkan dari adaptasi kebiasaan baru pengelolaan sampah pada masa darurat tersebut perlu terus ditingkatkan dan juga sebagai upaya untuk mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.
Saat ini, volume sampah harian Kota Bandung yang dikirim ke TPA Sarimukti berkurang, dari yang awalnya sekitar 1.300 ton menjadi sekitar 900 ton.
"Walaupun tidak secepat yang diharapkan, progres tetap ada. Intinya jangan pernah berpikir penanganan sampah kembali ke masa lalu. Harus ada keberlanjutan untuk mewujudkan Bandung zero waste city," kata dia.
Lebih lanjut, kata dia, berbagai metode pengolahan sampah harus terus digencarkan dan disosialisasikan termasuk penanganan organik, anorganik, dan residu.
"Perlu percepatan penanganan sampah mandiri dengan kebiasaan baru. Kinerja kluster harus optimal. Terutama kluster pasar dan masyarakat. Nanti harus terukur," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi memaparkan ritase (proses truk kontainer yang telah diangkut dari TPS ke TPA) sampah Kota Bandung ke TPA Sarimukti terjadi fluktuasi dengan rata-rata 178 ritase perhari atau 974 ton per hari dengan sisa kuota 3.168 ritase.
Ia menyebut sering terjadi antrean di TPA Sarimukti yang mengakibatkan banyak kendaraan yang menginap dan berdampak pada penumpukan di TPS.
"Kendala tersebut berimbas pada TPS. Dari 255 TPS, ada 13 TPS yang perlu pengangkutan intensif dan perlu penambahan satu hingga tiga tronton untuk menyelesaikan pengangkutan," kata Dudy.
Baca juga: Sampah perayaan tahun baru di Kota Bandung capai 64 ton
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024