Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, meluncurkan program Pengantaran Beras Bersubsidi (PBB) sebagai strategi untuk menjaga stabilitas harga beras di sejumlah pasar dengan memberikan subsidi pengangkutan komoditas tersebut.
 
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi di Cirebon, Senin, menjelaskan program ini merupakan inisiasi dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga pasokan beras tercukupi sehingga harga komoditas itu tetap stabil dan sesuai dengan daya beli masyarakat.

Baca juga: Kota Cirebon hadirkan solusi distribusi pangan murah lewat GPM
 
Agus menyebut bahwa subsidi transportasi itu diberikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon dengan angka Rp350 per kg untuk satu kali pengangkutan beras dari gudang Bulog menuju Pasar Pagi, Pasar Jagasatru dan Pasar Kanoman, Kota Cirebon.
 
“Dengan memberikan subsidi transportasi dari gudang Bulog ke tiga pasar untuk hari Senin dan Selasa, kami harapkan itu (harga beras) bisa stabil atau di bawah itu,” kata Agus.
 
Menurutnya, dalam peluncuran perdana program PBB ini setiap pedagang di tiga pasar itu mendapatkan jatah dua kali pengiriman dengan alokasi 1 ton beras SPHP dari gudang Bulog. Setelahnya pedagang bisa menjual sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 10.900 per kg.
 
Agus menilai program PBB ini saling berkesinambungan dengan program penyaluran beras SPHP yang sudah dijalankan pemerintah. Jika kedua program itu dapat diterapkan maksimal,  lonjakan harga beras di pasaran dapat diantisipasi.
 
“Beras ini menjadi bagian dari kebutuhan pokok, yang walaupun harganya relatif sedikit naik tapi pengaruhnya cukup besar. Dengan SPHP sudah dilakukan pemerintah, ini menjadi bagian stabilisasi. Strateginya adalah ketersediaan pasokan, kemudian keterjangkauan harga,” jelasnya.
 
Sementara itu Kepala KPw BI Cirebon Hestu Wibowo menuturkan pemberian subsidi pada ongkos angkut itu bisa mengurangi komponen harga beras dan beban biaya pengangkutan komoditas itu menjadi lebih terjangkau.
 
Di samping itu, BI Cirebon juga menyiapkan satu armada untuk memudahkan proses pengangkutan dari gudang Bulog menuju tiga pasar yang ada di Kota Cirebon.
 
“Pedagang seharusnya bisa menjual harga di bawah HET. Kalaupun misalkan pedagang, walaupun sudah disubsidi ongkos angkutnya kita mau beli itu tidak apa-apa,” ujarnya.
 
Hestu menerangkan bahwa beras merupakan bagian dari komponen penyumbang inflasi di Kota Cirebon. Hal itu dapat disebabkan oleh sejumlah faktor.

Baca juga: BI Cirebon: Program GPM jadi sarana efektif sosialisasi QRIS
 
Misalnya dari segi tata niaga yang belum berjalan maksimal sampai serapan gabah dari masyarakat sedang berkurang karena fenomena El Nino.
 
“Ada pergeseran masa tanam dan masa panen, sehingga ketersediaan gabah untuk diolah menjadi beras terbatas dan berpengaruh pada kenaikan harga,” ucap dia.
 
Hestu menambahkan sejumlah program strategis akan terus diterapkan untuk menstabilkan harga beras di pasaran.

Pewarta: Fathnur Rohman

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023