Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, melakukan skrining terhadap 32 ribu orang di seluruh kecamatan untuk mendeteksi dini kasus penyakit tuberculosis (TBC) agar mendapatkan pelayanan medis secara tuntas hingga akhirnya bisa kembali sehat.

"Kami sudah melakukan skrining terhadap 32 ribu, hasilnya memang ada sekitar 5.452 yang menderita TBC di seluruh Kabupaten Garut," kata Kepala Dinkes Kabupaten Garut Leli Yuliani usai pertemuan penanganan kesehatan di aula Bappeda Kabupaten Garut, Rabu.

Dinkes Garut, lanjutnya, selama ini terus melakukan langkah antisipasi, seperti kegiatan skrining dan pengobatan di seluruh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah maupun rumah sakit swasta di Garut.

Dari hasil skrining, ada 5.452 penderita TBC yang  saat ini sudah mendapatkan penanganan medis di tempat pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta  dengan pengobatan selama enam bulan.

"Jadi, kami juga sudah kerja sama dengan klinik-klinik swasta agar mereka juga memberikan pengobatan yang memang sesuai standar yang telah ditetapkan," katanya.

Ia menyampaikan masyarakat yang terdeteksi TBC usianya beragam dengan kondisi gejala sakit seperti batuk dan demam berlangsung lama, kemudian batuk berdahak.

Penularan penyakit paru itu, kata dia, selama ini terus menjadi perhatian pemerintah untuk ditangani secara serius dengan menyiapkan tim medis, peralatan laboratorium, dan obat-obatan di tiap puskesmas maupun rumah sakit.

"Puskesmas siap dengan obat-obatan sesuai standar, kemudian juga rumah sakit, bukan hanya milik pemerintah, juga rumah sakit swasta, kami sudah siapkan untuk bagaimana mereka menangani TBC yang sesuai standar," katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan. Apabila mengalami gejala sakit paru dengan menunjukkan batuk dan demam berlangsung lama agar segera memeriksa diri ke tempat fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Jika hasil pemeriksaan terjangkit TBC, kata dia, maka orang sekitarnya juga harus menjalani pemeriksaan, karena penyakit tersebut bisa menular dari percikan batuk, maupun melalui udara bila ventilasi rumah dan pencahayaan matahari yang kurang baik.

"Kalau kuman itu kan bakteri, virus, itu kan memang senangnya di daerah-daerah yang lembab ya, jadi kalau memang rumahnya itu kurang sinar matahari, kurang ventilasi, nah itu kan akan tambah berkembang biak tuh si kumannya," kata Leli.




 

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023