Pemerintah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat meminta para pengusaha bidang makanan, utamanya katering untuk melakukan pengolahan produknya secara higienis demi mencegah terjadinya keracunan seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Kelurahan Padasuka, Cimahi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi Mulyati di Cimahi, Rabu, menjelaskan dalam sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan massal itu terdapat beberapa bakteri, termasuk salmonella yang menjadi penyebab utama gangguan kesehatan seperti yang dikeluhkan oleh masyarakat yang terdampak sebanyak 364 orang.
"Kami minta dan imbau agar pengolahan makanan oleh usaha tata boga, utamanya katering agar memperhatikan sisi higienitas, baik bahan yang diolah termasuk air yang digunakan, tempat memasaknya, sampai kebersihan tangan juga. Kemudian pastikan memasak makanan dengan suhu yang direkomendasikan sampai matang," katanya saat dikonfirmasi.
Selain itu, Mulyati juga mengimbau agar pemilik katering di Cimahi mencantumkan waktu ideal konsumsi pada setiap produk yang dibuat, sehingga warga dapat mengetahui potensi makanan basi atau tidak.
"Kita juga nanti beri imbauan kepada pengusaha katering dan jasa boga di Cimahi agar mencantumkan waktu ideal konsumsi pada nasi boks yang diproduksi. Misalnya, dibuat keterangan supaya dikonsumsi sebelum jam 12.00 WIB siang atau imbauan lain supaya konsumen teredukasi," ucap Mulyati.
Dinkes Kota Cimahi memang rutin menjalankan pembinaan terhadap para pelaku usaha makanan, baik terkait higienitas maupun pemilihan bahan baku yang aman untuk digunakan, dengan waktu pembinaan dua kali dalam setahun.
"Karenanya tahun ini, Dinkes Cimahi akan memberikan edukasi soal keamanan pangan dan imbauan dalam kemasan terkait waktu ideal konsumsi," ucapnya.
Terkait kandungan makanan dalam acara reses salah seorang anggota DPRD Kota Cimahi yang diselenggarakan di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, yang diduga menjadi penyebab keracunan 364 orang, Mulyati mengungkapkan bahwa dari hasil uji mikrologi dan kimia oleh Labkesda Jabar, ada beberapa jenis makanan yang terpapar bakteri berbahaya.
"Dari pemeriksaan mikrobiologi, pada telur balado ada Taphylococcus Aureus sama perkedel jagung ada Salmonella," ucap Mulyati.
Sementara sampel makanan lainnya yakni nasi putih, sambal, ayam isian burger, ayam suwir, ikan tuna isian panada, selada bokor, hingga capcay hasilnya negatif.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kimia, kata Mulyati, di dalam perkedel jagung positif mengandung nitrit 0,40 mg dan capcay positif mengandung nitrit 0,02 mg.
Pengujian juga, kata Mulyati, dilakukan pada sampel air baku yang diambil dari penyedia nasi boks dan snack, hasilnya mengandung sedikit bakteri Coliform.
"Pemeriksaan sampel air ternyata ada Coliform-nya. Tapi kadar bakteri yang ada di air tidak masuk ke makanan, karena sampel makanan ekoli dalam makanan negatif semua," ujar Mulyati.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinkes Kota Cimahi Dwihadi Isnalini mengatakan, bakteri Salmonella merupakan kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia, serta sering menyebabkan keracunan makanan.
"Ini salmonela ini menyebabkan penyakit typus. Jadi gejalanya seperti yang tergambarkan di pasien (keracunan). Ada mual, muntah, diare, nyeri perut ada demamnya," ucap Dwihadi.
Terkait korban keracunan, menurut dia, dari 364 orang yang mengalami keracunan, menyisakan satu orang yang masih dirawat, sedangkan sisanya sudah dipulangkan karena sudah dinyatakan sembuh.
"Pasien yang dirawat hanya menyisakan satu orang di ICU, dia memiliki penyakit penyerta," ucap Mulyati.
Saat ini, kata Mulyati, pihak Dinkes Cimahi sedang menyusun tim verifikasi untuk pembayaran tagihan perawatan korban keracunan massal ke rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah Kota Cimahi.
"Sehingga ketika nanti ada penagihan dari rumah sakit, kita verifikasi dokumennya terlebih dahulu. Mulai dari identitas korban, "billing", dan lain-lain akan dicek dulu. Kalau semua dokumen sudah aman, baru dibayarkan ke rumah sakit," kata Mulyati.
Sejak kejadian keracunan massal muncul pada 23 Juli 2023, Mulyati mengaku pihaknya sudah mengajukan anggaran belanja tidak terduga (BTT) sebanyak tujuh kali.
"Pengajuan BTT sejak hari pertama kejadian itu sudah tujuh kali. Nilai yang kita siapkan sekarang belum bisa disebutkan ya, karena kita masih harus verifikasi berapa sih nilai yang harus dibayarkan ke rumah sakit," ujar Mulyati.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Cimahi minta pengolahan makanan secara higienis antisipasi keracunan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi Mulyati di Cimahi, Rabu, menjelaskan dalam sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan massal itu terdapat beberapa bakteri, termasuk salmonella yang menjadi penyebab utama gangguan kesehatan seperti yang dikeluhkan oleh masyarakat yang terdampak sebanyak 364 orang.
"Kami minta dan imbau agar pengolahan makanan oleh usaha tata boga, utamanya katering agar memperhatikan sisi higienitas, baik bahan yang diolah termasuk air yang digunakan, tempat memasaknya, sampai kebersihan tangan juga. Kemudian pastikan memasak makanan dengan suhu yang direkomendasikan sampai matang," katanya saat dikonfirmasi.
Selain itu, Mulyati juga mengimbau agar pemilik katering di Cimahi mencantumkan waktu ideal konsumsi pada setiap produk yang dibuat, sehingga warga dapat mengetahui potensi makanan basi atau tidak.
"Kita juga nanti beri imbauan kepada pengusaha katering dan jasa boga di Cimahi agar mencantumkan waktu ideal konsumsi pada nasi boks yang diproduksi. Misalnya, dibuat keterangan supaya dikonsumsi sebelum jam 12.00 WIB siang atau imbauan lain supaya konsumen teredukasi," ucap Mulyati.
Dinkes Kota Cimahi memang rutin menjalankan pembinaan terhadap para pelaku usaha makanan, baik terkait higienitas maupun pemilihan bahan baku yang aman untuk digunakan, dengan waktu pembinaan dua kali dalam setahun.
"Karenanya tahun ini, Dinkes Cimahi akan memberikan edukasi soal keamanan pangan dan imbauan dalam kemasan terkait waktu ideal konsumsi," ucapnya.
Terkait kandungan makanan dalam acara reses salah seorang anggota DPRD Kota Cimahi yang diselenggarakan di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, yang diduga menjadi penyebab keracunan 364 orang, Mulyati mengungkapkan bahwa dari hasil uji mikrologi dan kimia oleh Labkesda Jabar, ada beberapa jenis makanan yang terpapar bakteri berbahaya.
"Dari pemeriksaan mikrobiologi, pada telur balado ada Taphylococcus Aureus sama perkedel jagung ada Salmonella," ucap Mulyati.
Sementara sampel makanan lainnya yakni nasi putih, sambal, ayam isian burger, ayam suwir, ikan tuna isian panada, selada bokor, hingga capcay hasilnya negatif.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kimia, kata Mulyati, di dalam perkedel jagung positif mengandung nitrit 0,40 mg dan capcay positif mengandung nitrit 0,02 mg.
Pengujian juga, kata Mulyati, dilakukan pada sampel air baku yang diambil dari penyedia nasi boks dan snack, hasilnya mengandung sedikit bakteri Coliform.
"Pemeriksaan sampel air ternyata ada Coliform-nya. Tapi kadar bakteri yang ada di air tidak masuk ke makanan, karena sampel makanan ekoli dalam makanan negatif semua," ujar Mulyati.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinkes Kota Cimahi Dwihadi Isnalini mengatakan, bakteri Salmonella merupakan kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia, serta sering menyebabkan keracunan makanan.
"Ini salmonela ini menyebabkan penyakit typus. Jadi gejalanya seperti yang tergambarkan di pasien (keracunan). Ada mual, muntah, diare, nyeri perut ada demamnya," ucap Dwihadi.
Terkait korban keracunan, menurut dia, dari 364 orang yang mengalami keracunan, menyisakan satu orang yang masih dirawat, sedangkan sisanya sudah dipulangkan karena sudah dinyatakan sembuh.
"Pasien yang dirawat hanya menyisakan satu orang di ICU, dia memiliki penyakit penyerta," ucap Mulyati.
Saat ini, kata Mulyati, pihak Dinkes Cimahi sedang menyusun tim verifikasi untuk pembayaran tagihan perawatan korban keracunan massal ke rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah Kota Cimahi.
"Sehingga ketika nanti ada penagihan dari rumah sakit, kita verifikasi dokumennya terlebih dahulu. Mulai dari identitas korban, "billing", dan lain-lain akan dicek dulu. Kalau semua dokumen sudah aman, baru dibayarkan ke rumah sakit," kata Mulyati.
Sejak kejadian keracunan massal muncul pada 23 Juli 2023, Mulyati mengaku pihaknya sudah mengajukan anggaran belanja tidak terduga (BTT) sebanyak tujuh kali.
"Pengajuan BTT sejak hari pertama kejadian itu sudah tujuh kali. Nilai yang kita siapkan sekarang belum bisa disebutkan ya, karena kita masih harus verifikasi berapa sih nilai yang harus dibayarkan ke rumah sakit," ujar Mulyati.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Cimahi minta pengolahan makanan secara higienis antisipasi keracunan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023