Antarajawabarat.com,14/10- Tanaman dari luar Indonesia yang tumbuh di Kebun Raya Cibodas (KRC), Cianjur, Jabar, mengancam kerusakan hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP).

"Tanaman yang tumubuh di KRC tersebut, hampir 90 persen berasal dari luar Indonesia saat ini mengganggu keberlangsungan hidup tumbuhan asli yang ada di TNGP," kata Kepala Seksi (Kasi) Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan (P3) TNGGP, Ardi Andono, Minggu.

Dia mengatakan, saat ini ada 74 jenis tanaman spesies luar yang mengganggu tumbuhan asli yang ada di TNGP. Tumbuhan tersebut dinilai sangat ekspansif sehingga terus menyisihkan keberadaan tanaman asli di kawasan tersebut.

"Pasalnya tanaman itu mudah tumbuh sehingga membunuh pohon-pohon yang ada. Salah satunya markisa yang merupakan tanaman dari Amerika. Markisa merambat menutupi tajuk pohon dan mengakibatkan pohon mati," ucapnya.

Selain itu ada tanaman hias dari Amerika juga yang menutupi area basah seperti aliran sungai kecil yang ada di TNGP. Merebaknya spesies tanaman dari luar itu tersebar di 22 ribu hektare hutan di TNGP.

Dia menuturkan, luas sebaran tanaman di setiap satu titik mencapai satu sampai dua hektare. Jika dibiarkan, akan membahayakan keberadaan tumbuhan yang ada di TNGP meskipun spesies dari luar itu untuk menambah koleksi tanaman di KRC.

Saat ini tambah dia, kolesi terbaru KRC jenis bambu kirisik asalnya Jepang, meskipun hanya sebesar kelingking manusia dapat menutupi 1,5 hektare lahan. Perkembangan tanaman dari luar tersebut tidak terkontrol, sehingga menghambat pertumbuhan endemik dan membuat satwa kekurangan pakan.

"Hingga saat ini dampak secara langsung belum begitu terasa secara signifikan. Meskipun kami dari TNGP dan KRC telah melakukan kerjasama untuk menanggulangi hal tersebut, salah satunya upaya eradikasi atau pemusnahan, restorasi pascaeradikasi, pengkajian serta upaya lainnya," kata Ardi.

Sedangkan kedepannya tambah dia, kedua belah pihak akan melakukan eradikasi tanaman spesies dari luar yang disukai satwa atau yang cepat tumbuh dua sampai tiga tahun lamanya. Satwa ini akan membantu perkembangannya dengan menyebarkan biji-biji ke wilayah lain.

Dia mencontohkan tanaman yang akan ditanam tersebut, seperti beringin-beringinan yang merupakan tanaman mudah dimakan burung, satwa kecil.

"Selain itu, kami akan membina masyarakat untuk bisa memanfaatkan tanaman hias dari luar yang berlebihan untuk mendukung eradikasi tanaman hias yang mengancam keberadaan tumbuhan asli di TNGGP," tandasnya.***4***(KR,FKR)
Fikri

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013