Pemerintah Republik Ghana, Afrika Barat, berniat mereplikasi sistem dan pengalaman program imunisasi nasional yang kini bergulir di Provinsi Jawa Barat (Jabar), sebagai rujukan pengembangan program serupa di negaranya.
"Ini adalah hari keempat kami berada di Indonesia, setelah kemarin ke Jakarta dan hari ini di Kota Bandung. Kami ingin mengembangkan kapasitas kami dalam program imunisasi," kata Policy Planning Monitoring and Evaluation Division-PPME Sophia Kesewa Ampofo Kusi saat berdiskusi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar di Bandung, Selasa.
Sophia yang juga sekaligus Ketua Delegasi Ghana mengatakan kabar tentang keberhasilan Indonesia dalam memvaksinasi masyarakat telah sampai ke Republik Ghana. Untuk itu pihaknya tertarik melihat langsung berbagai pengalaman dan capaian program tersebut.
Program imunisasi yang kini diterapkan di Provinsi Jabar dipilih sebagai rujukan sebab mewakili populasi terbanyak di Indonesia, berkisar 49 juta lebih jiwa.
Republik Ghana mengutus sejumlah perwakilan pemangku kepentingan kesehatan yakni Expanded Programme on Immunization Programme, Ghana Health Service (GHS) William Opare, Regional Director Upper West GHS Damien Punguyire, Community Health Nurse Kumasi GHS Owusu Bright, Ghana Coalition of NGOs in Health Amissah-Nyarko Bright, Resource Mobilization Unit, Ministry of Health Rita Baaba Tandoh-Apau, dan District Director of Health Service, Kumbungu District, Northern Region Dr. Seidu Barikisu Abubakari.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Rochady Hendra Setya Wibawa memaparkan sejumlah capaian program imunisasi di Jabar pada 2021 yang belum mencapai target yaitu 89,4 persen. Namun pada 2022 cakupan imunisasi meningkat menjadi 107 persen. Sedangkan secara nasional pada 2022 mencapai 99,6 persen untuk imunisasi dasar lengkap dan imunisasi dasar baduta lengkap mencapai 97,8 persen.
"Namun pada rentang waktu 2022 hingga 2023, kembali terjadi beberapa kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB), diantaranya di Purwakarta," katanya.
Ia juga memaparkan tentang sejumlah tantangan yang dihadapi Jabar, diantaranya kelompok anti-vaksin yang kini terdeteksi berada di Kelurahan Sitopeng, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Kawasan tersebut termasuk sulit untuk ditembus program imunisasi sebab muncul penolakan dari mayoritas masyarakat setempat.
"Mulai dari pemerintah daerah, tokoh agama, sudah masuk (memberikan sosialisasi manfaat imunisasi) ke kawasan itu, tapi penolakan sangat kuat," katanya.
Dinkes setempat juga melibatkan peran Unicef, tapi lokasinya sulit untuk ditembus petugas. "Kota Cirebon masih menjadi wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah di Jabar," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Republik Ghana mereplikasi program imunisasi Pemprov Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Ini adalah hari keempat kami berada di Indonesia, setelah kemarin ke Jakarta dan hari ini di Kota Bandung. Kami ingin mengembangkan kapasitas kami dalam program imunisasi," kata Policy Planning Monitoring and Evaluation Division-PPME Sophia Kesewa Ampofo Kusi saat berdiskusi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar di Bandung, Selasa.
Sophia yang juga sekaligus Ketua Delegasi Ghana mengatakan kabar tentang keberhasilan Indonesia dalam memvaksinasi masyarakat telah sampai ke Republik Ghana. Untuk itu pihaknya tertarik melihat langsung berbagai pengalaman dan capaian program tersebut.
Program imunisasi yang kini diterapkan di Provinsi Jabar dipilih sebagai rujukan sebab mewakili populasi terbanyak di Indonesia, berkisar 49 juta lebih jiwa.
Republik Ghana mengutus sejumlah perwakilan pemangku kepentingan kesehatan yakni Expanded Programme on Immunization Programme, Ghana Health Service (GHS) William Opare, Regional Director Upper West GHS Damien Punguyire, Community Health Nurse Kumasi GHS Owusu Bright, Ghana Coalition of NGOs in Health Amissah-Nyarko Bright, Resource Mobilization Unit, Ministry of Health Rita Baaba Tandoh-Apau, dan District Director of Health Service, Kumbungu District, Northern Region Dr. Seidu Barikisu Abubakari.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Rochady Hendra Setya Wibawa memaparkan sejumlah capaian program imunisasi di Jabar pada 2021 yang belum mencapai target yaitu 89,4 persen. Namun pada 2022 cakupan imunisasi meningkat menjadi 107 persen. Sedangkan secara nasional pada 2022 mencapai 99,6 persen untuk imunisasi dasar lengkap dan imunisasi dasar baduta lengkap mencapai 97,8 persen.
"Namun pada rentang waktu 2022 hingga 2023, kembali terjadi beberapa kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB), diantaranya di Purwakarta," katanya.
Ia juga memaparkan tentang sejumlah tantangan yang dihadapi Jabar, diantaranya kelompok anti-vaksin yang kini terdeteksi berada di Kelurahan Sitopeng, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Kawasan tersebut termasuk sulit untuk ditembus program imunisasi sebab muncul penolakan dari mayoritas masyarakat setempat.
"Mulai dari pemerintah daerah, tokoh agama, sudah masuk (memberikan sosialisasi manfaat imunisasi) ke kawasan itu, tapi penolakan sangat kuat," katanya.
Dinkes setempat juga melibatkan peran Unicef, tapi lokasinya sulit untuk ditembus petugas. "Kota Cirebon masih menjadi wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah di Jabar," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Republik Ghana mereplikasi program imunisasi Pemprov Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023