Hasil survei Saiful Mujani Research And Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa mayoritas pemilih kritis menginginkan sosok calon presiden (capres) yang dapat melanjutkan program pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa, menyebutkan terdapat 57 persen responden pemilih kritis yang ingin capres mengusung narasi sebagai keberlanjutan dari program pemerintahan saat ini.
Sementara itu, sebanyak 33 persen responden pemilih kritis menginginkan capres mengubah program Jokowi.
"Mayoritas ada 57 persen ingin capres yang bisa melanjutkan program pemerintahan sekarang. Jumlahnya lebih banyak dibanding yang menginginkan capres yang akan mengubah program Presiden Jokowi," kata Deni seperti dipantau di Jakarta, Selasa.
Deni mengatakan 10 persen responden pemilih kritis lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
Pemilih kritis adalah pemilih yang memiliki telepon genggam, sehingga dinilai lebih memiliki akses ke sumber informasi sosial dan politik serta kritis menilai berbagai persoalan.
Deni menambahkan bahwa survei terkait preferensi masyarakat itu dilakukan dua kali, yakni pada 25-28 April 2023 dan 2-5 Mei 2023 .
"Kami sudah melakukan survei dengan menanyakan pertanyaan ini sebanyak dua kali. Hasilnya ternyata sangat konsisten," jelasnya.
Hasil survei 25-28 April diketahui sebanyak 59 persen responden pemilih kritis ingin sosok capres yang bisa melanjutkan program Jokowi, sedangkan 33 persen responden ingin capres mengubah program dan 8 persen responden lainnya tidak menjawab atau tidak tahu.
Deni juga menjelaskan bahwa preferensi publik terhadap capres yang melanjutkan program itu berhubungan dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi.
Artinya, lanjutnya, masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi cenderung menginginkan capres yang bisa melanjutkan program, begitu pula sebaliknya.
"Kami melakukan cross tabulasi tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi, dengan preferensi terhadap calon presiden; ternyata ada asosiasi yang signifikan," katanya.
Selanjutnya, dari survei kedua pada 2-5 Mei 2023, terdapat 78,8 persen responden pemilih kritis yang merasa puas dengan kinerja Jokowi; sedangkan 18,1 persen responden lain merasa tidak puas dan 3,1 persen sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
"Sehingga, ini menghasilkan nilai elektoral bagi calon yang mengusung tema keberlanjutan dibanding calon yang mengusung tema perubahan," ujar Deni.
Pemilihan sampel dalam survei SMRC dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan sekitar 3,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: SMRC: Mayoritas pemilih kritis ingin capres lanjutkan program Jokowi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Direktur Riset SMRC Deni Irvani, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa, menyebutkan terdapat 57 persen responden pemilih kritis yang ingin capres mengusung narasi sebagai keberlanjutan dari program pemerintahan saat ini.
Sementara itu, sebanyak 33 persen responden pemilih kritis menginginkan capres mengubah program Jokowi.
"Mayoritas ada 57 persen ingin capres yang bisa melanjutkan program pemerintahan sekarang. Jumlahnya lebih banyak dibanding yang menginginkan capres yang akan mengubah program Presiden Jokowi," kata Deni seperti dipantau di Jakarta, Selasa.
Deni mengatakan 10 persen responden pemilih kritis lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
Pemilih kritis adalah pemilih yang memiliki telepon genggam, sehingga dinilai lebih memiliki akses ke sumber informasi sosial dan politik serta kritis menilai berbagai persoalan.
Deni menambahkan bahwa survei terkait preferensi masyarakat itu dilakukan dua kali, yakni pada 25-28 April 2023 dan 2-5 Mei 2023 .
"Kami sudah melakukan survei dengan menanyakan pertanyaan ini sebanyak dua kali. Hasilnya ternyata sangat konsisten," jelasnya.
Hasil survei 25-28 April diketahui sebanyak 59 persen responden pemilih kritis ingin sosok capres yang bisa melanjutkan program Jokowi, sedangkan 33 persen responden ingin capres mengubah program dan 8 persen responden lainnya tidak menjawab atau tidak tahu.
Deni juga menjelaskan bahwa preferensi publik terhadap capres yang melanjutkan program itu berhubungan dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi.
Artinya, lanjutnya, masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi cenderung menginginkan capres yang bisa melanjutkan program, begitu pula sebaliknya.
"Kami melakukan cross tabulasi tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi, dengan preferensi terhadap calon presiden; ternyata ada asosiasi yang signifikan," katanya.
Selanjutnya, dari survei kedua pada 2-5 Mei 2023, terdapat 78,8 persen responden pemilih kritis yang merasa puas dengan kinerja Jokowi; sedangkan 18,1 persen responden lain merasa tidak puas dan 3,1 persen sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
"Sehingga, ini menghasilkan nilai elektoral bagi calon yang mengusung tema keberlanjutan dibanding calon yang mengusung tema perubahan," ujar Deni.
Pemilihan sampel dalam survei SMRC dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Dengan teknik RDD, sampel sebanyak 925 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan sekitar 3,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, dengan asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: SMRC: Mayoritas pemilih kritis ingin capres lanjutkan program Jokowi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023