Antarajawabarat.com, 8/7 – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK Unpad) Prof Dr Masyamsir mengatakan pemberian pakan alami bisa menekan permasalahan tingginya biaya pakan yang kerap timbul pada budidaya ikan keramba jaring apung (KJA).
"Biaya pakan masih menjadi biaya terbesar dalam budidaya ikan keramba jaring terapung, sekitar 70 persen pendapatan untuk pakan, sehingga perlu memaksimalkan pemberian pakan alami," kata Masyamsir pada Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-8 FPIK Unpad di Gedung Dekanat FPIK, Jatinangor Kabupaten Sumedang, Senin.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan penelitian tentang Dinamika Spasial dan Temporal Produktivitas Primer Perairan Waduk, Studi Kasus Waduk Saguling.
Ia menyebutkan, tingginya biaya pakan memberikan dampak keuntungan yang lebih besar untuk produsen pakan, daripada keuntungan bagi petani. Kerugian membudidayakan ikan keramba jaring apung dapat ditutupi dengan keuntungan lantaran pakan alami, seperti plankton.
"Keuntungannya, pertama memang di bawah kontrol. Kedua, selain pakan yang diberikan, dia bisa makan pakan alami sehingga pertumbuhannya lebih sehat," katanya.
Guru Besar FPIK ini juga mengungkapkan bahwa keuntungan budidaya ikan keramba jaring ini sangatlah besar, bukan tidak mungkin dapat membantu perekonomian. Contohnya di Jawa Barat sudah ada di Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur.
"Contohnya di Cirata produksinya sekarang sudah 100 ribu ton. Nilai ekonominya sudah besar,” katanya.
Lebih lanjut ia menyebutkan waktu yang tepat untuk budidaya ikan keramba jaring adalah ketika musim hujan tiba.
"Musim hujan, sebaiknya awal musim hujan. Bisa musim kemarau juga tapi bukan di daerah hulu waduk, tapi di daerah hilir," katanya.
Sementara itu Rektor Unpad Prof Dr Ganjar Kurnia mendorong penelitan dilakukan secara konsisten dan fokus pada salah satu sektor, sehingga hasilnya bisa maksimal.
"Dalam kasus budidaya japung di Saguling atau waduk yang lain penelitian seharusnya kontinyu setiap tahun dengan obyek yang fokus, jadi tidak berpindah-pindah ," kata Ganjar.
Selain itu juga ia meyakinkan kepada seluruh mahasiswa, bahwa Unpad akan terus membantu setiap mahasiswa dan dosen yang giat melakukan penelitian.
"Universitas bisa membantu asal ada orang yang tekun secara terus-menerus melakukan penelitian," kata Ganjar Kurnia menambahkan.
Rizki Pratama
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
"Biaya pakan masih menjadi biaya terbesar dalam budidaya ikan keramba jaring terapung, sekitar 70 persen pendapatan untuk pakan, sehingga perlu memaksimalkan pemberian pakan alami," kata Masyamsir pada Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-8 FPIK Unpad di Gedung Dekanat FPIK, Jatinangor Kabupaten Sumedang, Senin.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan penelitian tentang Dinamika Spasial dan Temporal Produktivitas Primer Perairan Waduk, Studi Kasus Waduk Saguling.
Ia menyebutkan, tingginya biaya pakan memberikan dampak keuntungan yang lebih besar untuk produsen pakan, daripada keuntungan bagi petani. Kerugian membudidayakan ikan keramba jaring apung dapat ditutupi dengan keuntungan lantaran pakan alami, seperti plankton.
"Keuntungannya, pertama memang di bawah kontrol. Kedua, selain pakan yang diberikan, dia bisa makan pakan alami sehingga pertumbuhannya lebih sehat," katanya.
Guru Besar FPIK ini juga mengungkapkan bahwa keuntungan budidaya ikan keramba jaring ini sangatlah besar, bukan tidak mungkin dapat membantu perekonomian. Contohnya di Jawa Barat sudah ada di Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur.
"Contohnya di Cirata produksinya sekarang sudah 100 ribu ton. Nilai ekonominya sudah besar,” katanya.
Lebih lanjut ia menyebutkan waktu yang tepat untuk budidaya ikan keramba jaring adalah ketika musim hujan tiba.
"Musim hujan, sebaiknya awal musim hujan. Bisa musim kemarau juga tapi bukan di daerah hulu waduk, tapi di daerah hilir," katanya.
Sementara itu Rektor Unpad Prof Dr Ganjar Kurnia mendorong penelitan dilakukan secara konsisten dan fokus pada salah satu sektor, sehingga hasilnya bisa maksimal.
"Dalam kasus budidaya japung di Saguling atau waduk yang lain penelitian seharusnya kontinyu setiap tahun dengan obyek yang fokus, jadi tidak berpindah-pindah ," kata Ganjar.
Selain itu juga ia meyakinkan kepada seluruh mahasiswa, bahwa Unpad akan terus membantu setiap mahasiswa dan dosen yang giat melakukan penelitian.
"Universitas bisa membantu asal ada orang yang tekun secara terus-menerus melakukan penelitian," kata Ganjar Kurnia menambahkan.
Rizki Pratama
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013