Kementerian Kesehatan RI melakukan penelusuran terhadap 20 orang yang mengalami kontak erat dengan seorang pasien anak terkonfirmasi polio di Purwakarta, Jawa Barat.

"Polio ini menular lewat tinja atau air. Suspek masih periksa," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi usai menghadiri agenda Penghargaan Penanganan Pandemi COVID-19 di Gedung Kementerian Keuangan RI, Jakarta Pusat, Senin.

Ia mengatakan, Indonesia telah memasuki tahap eradikasi polio, di mana angka kasus harus ditekan sampai nol di seluruh daerah.

Namun akibat pandemi, fokus vaksinasi polio pada anak mengalami keterlambatan, sehingga muncul sejumlah kasus di beberapa daerah.

Menurut Nadia, kasus polio tipe 2 di Indonesia yang terkonfirmasi pada tahun ini dilaporkan dari Purwakarta. Sebanyak 20 orang yang mengalami kontak erat, sedang menjalani proses penyelidikan epidemiologi.

"Sejak 2021, anak tersebut sudah tidak berjalan. Ketahuannya karena anaknya demam, dibawa ke rumah sakit, terus puskesmas melihat penyebab dia tidak bisa berjalan itu adalah polionya," katanya.

Menurut Nadia, pasien diketahui tidak ada riwayat memperoleh vaksin polio. Kasusnya teridentifikasi setelah keluarga membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan pada 16 Februari 2023 untuk pemeriksaan swab pada tinja.

"Diambil swab tinjanya dan diperiksa hasilnya positif. Jadi ada virus polio yang bersirkulasi pada 2021--2023," katanya.

Selain di Purwakarta, kata Nadia, Kemenkes juga menunggu hasil verifikasi terhadap laporan seorang anak berstatus suspek polio di Jakarta.
"Kalau polio di Jakarta, masih verifikasi. Kemungkinan hasil laboratoriumnya belum ada," katanya.

Pemeriksaan tinja dilakukan melalui metode Targeted Healthy Stools Sampling sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebelumnya, tiga kasus konfirmasi polio juga terdeteksi di Kabupaten Pidie, Aceh, pada awal November 2022.

Jangan remehkan

Sebelumnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat tidak menyepelekan penyakit polio meski mayoritas kasusnya tidak menimbulkan gejala klinis pada anak.

Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa meskipun tanpa gejala, polio sangat bisa menular kepada anak-anak lain. Dari 200 anak yang tertular, akan ada satu anak lumpuh dan beberapa menderita meningitis atau peradangan selaput otak.

"Bahayanya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio ini adalah sebagian besar tanpa gejala, tapi nanti yang jadi korban adalah anak yang lumpuh. Selalu seperti itu. Kita enggak bisa menyepelekan dari 200 anak cuma satu kok yang lumpuh. Kalau anak kita yang lumpuh, bagaimana?" katanya dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan jika anak lumpuh karena kerusakan saraf yang berat akibat polio, anak tersebut akan sangat sulit, mungkin tidak bisa pulih seperti semula. Bahkan, kakinya juga akan mengecil, khususnya di bagian proksimal, sehingga anak harus menggunakan tongkat untuk beraktivitas.

"Kalau sekadar lemah saja, ada beberapa laporan dia bisa dengan latihan kemudian membaik. Tergantung kerusakan sarafnya. Tapi, kalau sudah berat biasanya tidak bisa balik lagi. Banyak teman saya waktu SD pakai tongkat karena polio. Tapi. zaman anak saya SD, enggak ada di kelasnya yang pakai tongkat karena sudah eradikasi polio. Apakah kita mau ke depan ini kita jumpai lagi anak-anak SD yang pakai tongkat gara-gara polio?" imbuhnya.

Piprim menjelaskan polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang termasuk dalam genus enterovirus, yang menyerang saluran cerna. Penyakit ini terdiri atas tiga tipe, yaitu tipe 1, 2, dan 3.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes telusuri 20 orang kontak erat pasien polio di Purwakarta

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023