Antarajawabarat.com,6/5- Puluhan buruh asal Cianjur, Jabar, diduga menjadi korban penyekapan dan penganiayaan di sebuah pabrik pengolahan alumunium di Tanggerang-Banten, Minggu, berhasil diselamatkan.
Informasi dihimpun, Minggu, 22 orang buruh asal berbagai daerah di Cianjur itu, disekap di dalam pabrik di Desa Lebakwangi, Kecamatan Pasepatan, Tangerang.
Para buruh tersebut awalnya diiming-imingi pekerjaan layak dengan fasilitas gaji yang besar untuk bekerja di sebuah pabrik di Tangerang, pada kenyataannya mereka dipekerjakan di sebuah pabrik pengolahan almunium.
Ketua Bidang Pelayanan Umum P2TP2A Cianjur, Lidya Indayani Umar, mengatakan, pihaknya menerima 23 orang korban, 22 orang merupakan warga Cianjur dan satu orang warga Bandung.
"Untuk sementara korban ditampung di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur. Mereka sebelumnya tiba di kantor P2TP2A, Minggu," katanya.
Salah seorang korban, Saiful Anwar (20) warga Kampung Cikalong Kulon, Desa Sukagalih, Kecamatan Cikalong mengatakan, tertarik bekerja di pabrik tersebut atas ajakan tetangganya yang telah bekerja terlebih dahulu.
"Saya tidak curiga ketika mendapat tawaran untuk bekerja di pabrik alumunium itu. Karena butuh pekerjaan saya coba melamar bersama beberapa orang teman dari Cianjur," katanya.
Selama beberapa bulan bekerja, puluhan karyawan tidak diperbolehkan keluar dari pabrik dan harus tinggal di dalam dengan jadwal kerja yang tidak jelas.
"Selama tujuh bulan bekerja, saya sering mendapat penyiksaan dan semua kegiatan dibatasi, tanpa bisa berinteraksi dengan lingkungan diluar pabrik. Kami bekerja mulai pukul 06.00 sampai pukul 22.00. Selama bekerja kami mendapat pengawasan dari bos dan mandor sangat ketat" ucapnya.
Bahkan tambah dia, setiap melakukan kesalahan pasti mendapat siksaan. Setiap selesai bekerja, puluhan karyawan langsung dimasukan ke dalam ruangan tanpa ventilasi dan gelap.
Hal senada terucap dari Rahmat Hidayat (18) warga Kampung Cikalong, Desa Sukagalih, Kecamatan Cikalong Kulon. Selama lima bulan bekerja dipabrik tersebut, dia dan puluhan karyawan lainnya belum pernah menerima gaji.
"Sebelum bekerja, pihak perusahaan mengatakan kalau gaji kami per bulan Rp700 ribu. Namun sejak mulai bekerja hingga kami diselamatkan, saya tidak pernah menerim gaji sepeserpun," ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh, menuturkan, pihaknya prihatin dengan kejadian yang menimpa puluhan orang warga Cianjur yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di dunia kerja.
"Kami telah memberikan santunan pada para pekerja korban penyekapan dan penyiksaan di Tangerang ini. Harapan kami uang tersebut dapat digunakan untuk modal di kampung halamannya," katanya.***4***(KR,FKR)
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
Informasi dihimpun, Minggu, 22 orang buruh asal berbagai daerah di Cianjur itu, disekap di dalam pabrik di Desa Lebakwangi, Kecamatan Pasepatan, Tangerang.
Para buruh tersebut awalnya diiming-imingi pekerjaan layak dengan fasilitas gaji yang besar untuk bekerja di sebuah pabrik di Tangerang, pada kenyataannya mereka dipekerjakan di sebuah pabrik pengolahan almunium.
Ketua Bidang Pelayanan Umum P2TP2A Cianjur, Lidya Indayani Umar, mengatakan, pihaknya menerima 23 orang korban, 22 orang merupakan warga Cianjur dan satu orang warga Bandung.
"Untuk sementara korban ditampung di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur. Mereka sebelumnya tiba di kantor P2TP2A, Minggu," katanya.
Salah seorang korban, Saiful Anwar (20) warga Kampung Cikalong Kulon, Desa Sukagalih, Kecamatan Cikalong mengatakan, tertarik bekerja di pabrik tersebut atas ajakan tetangganya yang telah bekerja terlebih dahulu.
"Saya tidak curiga ketika mendapat tawaran untuk bekerja di pabrik alumunium itu. Karena butuh pekerjaan saya coba melamar bersama beberapa orang teman dari Cianjur," katanya.
Selama beberapa bulan bekerja, puluhan karyawan tidak diperbolehkan keluar dari pabrik dan harus tinggal di dalam dengan jadwal kerja yang tidak jelas.
"Selama tujuh bulan bekerja, saya sering mendapat penyiksaan dan semua kegiatan dibatasi, tanpa bisa berinteraksi dengan lingkungan diluar pabrik. Kami bekerja mulai pukul 06.00 sampai pukul 22.00. Selama bekerja kami mendapat pengawasan dari bos dan mandor sangat ketat" ucapnya.
Bahkan tambah dia, setiap melakukan kesalahan pasti mendapat siksaan. Setiap selesai bekerja, puluhan karyawan langsung dimasukan ke dalam ruangan tanpa ventilasi dan gelap.
Hal senada terucap dari Rahmat Hidayat (18) warga Kampung Cikalong, Desa Sukagalih, Kecamatan Cikalong Kulon. Selama lima bulan bekerja dipabrik tersebut, dia dan puluhan karyawan lainnya belum pernah menerima gaji.
"Sebelum bekerja, pihak perusahaan mengatakan kalau gaji kami per bulan Rp700 ribu. Namun sejak mulai bekerja hingga kami diselamatkan, saya tidak pernah menerim gaji sepeserpun," ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh, menuturkan, pihaknya prihatin dengan kejadian yang menimpa puluhan orang warga Cianjur yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di dunia kerja.
"Kami telah memberikan santunan pada para pekerja korban penyekapan dan penyiksaan di Tangerang ini. Harapan kami uang tersebut dapat digunakan untuk modal di kampung halamannya," katanya.***4***(KR,FKR)
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013