Bank Indonesia (BI) menyiapkan lima bauran kebijakan untuk tahun depan dalam rangka memperkuat ketahanan, pemulihan dan kebangkitan Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang akan melambat serta risiko terjadinya resesi di beberapa negara.

“Perkenankan kami menyampaikan arah bauran kebijakan BI 2023. Dengan berlanjutnya gejolak global maka kebijakan moneter tetap akan kami arahkan pada stabilitas. Pro stability,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.

Lima kebijakan ini meliputi kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, kebijakan pendalaman pasar keuangan serta kebijakan ekonomi keuangan inklusif dan hijau.

Pertama, kebijakan moneter akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi agar kembali ke sasaran awal sebagai bagian dari langkah mitigasi dampak rambatan gejolak global serta dukungan terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

BI akan melanjutkan respons kebijakan suku bunga melalui kalibrasi secara terukur atau well-callibrated, perencanaan yang matang atau well-planned dan dikomunikasikan secara transparan atau well-communicated untuk memastikan tercapainya sasaran inflasi inti lebih awal yaitu pada semester I-2023.

Besaran dan waktu respons kebijakan suku bunga tersebut didasarkan pada perkembangan ekspektasi inflasi dan inflasi inti dibandingkan dengan perkiraan awal dan sasaran yang akan dicapai atau data dependent.

Kedua, kebijakan makroprudensial longgar akan tetap dilanjutkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan pada sektor-prioritas serta UMKM guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional sekaligus menjaga stabilitas sistem keuangan.

“Ini juga untuk mengembangkan inklusi ekonomi dan keuangan hijau,” ujar Perry.

Ketiga, kebijakan sistem pembayaran dengan mendorong digitalisasi berdasarkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 yang satu bahasa, satu bangsa dan satu nusa.
BI turut mengakselerasi integrasi ekonomi dan keuangan digital, kerja sama sistem pembayaran antarnegara serta tahapan pengembangan Digital Rupiah sebagaimana diluncurkannya White Paper.

Keempat, kebijakan pendalaman pasar uang yang diakselerasi dengan pasar valas sesuai Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025 untuk memperkuat efektivitas operasi dan transmisi kebijakan.

Hal itu juga dilakukan guna menciptakan pasar uang yang modern dan berstandar internasional serta mengembangkan instrumen pembiayaan termasuk keuangan berkelanjutan.

Terakhir yaitu kebijakan ekonomi dan keuangan yang inklusif dan hijau melalui program-program pengembangan UMKM serta memperluas keuangan syariah termasuk dengan digitalisasi maupun perluasan akses pasar domestik dan ekspor.

Perry mengatakan lima arah kebijakan BI itu akan diperkuat dengan koordinasi erat bersama pemerintah pusat dan daerah serta mitra strategis melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).

“Juga bersama Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk mendukung pengendalian inflasi,” katanya.

Selain itu, ia turut memastikan penguatan sinergi kebijakan antara BI dengan fiskal pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) demi menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Penguatan sinergi tersebut dilakukan sekaligus demi mendorong kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor serta inklusi ekonomi dan keuangan.

BI pun akan terus memperkuat kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya di bidang keuangan serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.
“Sinergi erat dengan Pemerintah juga ditempuh untuk menyukseskan Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023 khususnya pada jalur integrasi keuangan,” tegas Perry.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2024 melanjutkan kebangkitan 2023 yang diperkirakan tumbuh 4,5 persen sampai 5,3 persen.

“Pertumbuhannya akan cukup baik 4,5 sampai 5,3 persen pada 2023 dan meningkat 4,7 sampai 5,5 persen pada 2024,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.

Pertumbuhan ekonomi 2024 tersebut dibarengi dengan tingkat inflasi yang diyakini turun ke level 2,5 plus minus 1 persen dari proyeksi normalnya inflasi 2023 ke level normal yakni 3 plus minus 1 persen.

Selain itu, Perry optimistis stabilitas eksternal pada 2024 juga akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan yang diperkirakan berada pada kisaran surplus 0,2 sampai defisit 0,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Sementara dari sisi ketahanan sistem keuangan turut tetap terjaga baik dari sisi permodalan, risiko kredit dan likuiditas dengan kredit yang diprediksikan tumbuh pada kisaran 10 sampai 12 persen pada 2023 dan 2024.

Untuk ekonomi dan keuangan digital pun akan meningkat pada 2024 dengan nilai transaksi e-commerce diprakirakan mencapai Rp689 triliun, uang elektronik Rp640 triliun dan digital banking lebih dari Rp87 ribu triliun.

Berbagai capaian positif tersebut akan mampu membangkitkan ekonomi Indonesia hingga 2027 diyakini tumbuh 5 sampai 5,8 persen.

“Dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi dapat meningkat 5-5,8 persen pada 2027,” katanya.
 
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga memastikan pihaknya akan berupaya menekan inflasi kembali ke level normal yaitu 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan turun ke level 2,5 plus minus 1 persen pada 2024.

“Inflasi yang masih sangat tinggi sekarang akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.

Perry mengatakan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan ke level 3 plus minus 1 persen dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023.

Ia optimistis target tersebut akan tercapai seiring tetap terkendalinya inflasi harga impor atau imported inflation dengan nilai tukar Rupiah yang stabil serta respons kebijakan moneter secara front loaded, pre-emptive dan forward looking.

Komitmen BI untuk melanjutkan respons kebijakan suku bunga melalui kalibrasi secara terukur atau well-callibrated, perencanaan yang matang atau well-planned dan dikomunikasikan secara transparan atau well-communicated turut akan memastikan tercapainya sasaran inflasi inti lebih.

Besaran dan waktu respons kebijakan suku bunga tersebut didasarkan pada perkembangan ekspektasi inflasi dan inflasi inti dibandingkan dengan perkiraan awal dan sasaran yang akan dicapai atau data dependent.

Selain itu, koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah Pusat dan Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga berkontribusi pada terkendalinya inflasi.

Ia mengingatkan bahwa sinergi dan inovasi merupakan kunci dari prospek kinerja ekonomi Indonesia pada 2023 dan 2024 yang akan melanjutkan ketahanan dan kebangkitan ekonomi.

“Perlu diperkuat untuk menghadapi gejolak global dan kebangkitan tahun depan,” tegas Perry.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI siapkan lima bauran kebijakan untuk hadapi gejolak global 2023

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022