Seekor anjing pemburu jasad manusia berjenis Dutch Shepherd, Walet, berhasil menemukan sepuluh jenazah korban gempa bumi di Desa Cijedil,  Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, dalam enam hari misi pencarian di lokasi kejadian.

"Walet sampai hari ini sudah menemukan sepuluh korban, semua ditemukan berdasarkan petunjuk dari keluarga korban," kata Pawang Tim K9 Mabes Polri Bripda I Gusti Agung Gede Purnama Putra di Cugenang, Senin siang.

Anjing berusia 2,5 tahun itu dilibatkan dalam misi kemanusiaan bersama Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) gabungan dari unsur Basarnas, TNI dan relawan di RT3 RW1 Cijedil sejak Rabu (23/11) atau H+2 kejadian gempa bermagnitudo 5,6 di kawasan setempat.

Tim dari Kantor Pencarian dan Pertolongan bersama pawang membagi area tanah longsor menjadi dua titik, masing-masing seluas 100x50 meter.

Anjing berpostur tegap dengan bulu gelap itu mampu membedakan bau bangkai hewan dan jasad manusia berkat latihan rutin mengendus aroma serupa jasad manusia yang sudah membusuk dari bahan kimia yang hanya boleh digunakan oleh fasilitas pelatihan bersertifikat.

Dalam setiap pelatihan, anjing pelacak dilatih mempertajam kemampuan mendeteksi jasad manusia yang sudah membusuk menggunakan ampul-ampul bahan kimia tersebut.

Walet berburu jasad korban rata-rata lima kali dalam sehari selama 10 hingga 15 menit.

"Walet main bisa lima kali sehari. Ini sangat menguras tenaganya di medan yang penuh lumpur," katanya.

Berdasarkan laporan Basarnas, total korban longsor yang telah ditemukan hingga hari ini di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang mencapai 20 jenazah dari total laporan orang hilang berkisar 30 jiwa.
Jenazah tersebut berhasil dievakuasi pada Jumat (25/11) sebanyak delapan jiwa, Sabtu (26/11) enam jiwa, Minggu (27/11) tiga jiwa, dan Senin (28/11) siang dua jiwa.

Hingga hari kedelapan setelah kejadian atau Senin ini, tercatat 703 orang korban mengalami luka-luka akibat gempa Cianjur, 73.693 orang mengungsi, 323 orang meninggal dunia, dan sembilan orang dalam pencarian.


Gempa susulan

Sementara itu Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa hasil pemantauan dalam tujuh hari terakhir menunjukkan aktivitas gempa susulan sudah semakin jarang terjadi di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, dan gempa susulan yang terjadi magnitudonya mengecil.

"Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing, dengan catatan kondisi bangunan rumahnya tidak mengalami kerusakan struktur," katanya saat dimintai keterangan di Jakarta, Senin.

Kepala BMKG mengimbau warga yang struktur bangunan rumahnya tidak rusak akibat gempa bumi menata kembali perabotan di rumah mereka, memastikan jalur keluar dari rumah tidak terhalang benda apapun dan mengatur benda-benda berukuran besar dan berat sedemikian rupa sehingga tidak jatuh dan menimpa orang jika terjadi goncangan.

Selain itu, dia mengimbau warga memantau informasi terkini mengenai kejadian gempa bumi dari BMKG melalui aplikasi info BMKG atau layanan pusat panggilan 196.

BMKG hingga Senin pukul 05.00 WIB mencatat 296 kali aktivitas gempa susulan setelah gempa dengan magnitudo 5,6 yang melanda wilayah Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 pukul 13.21 WIB.  

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa susulan yang terjadi di Cianjur didominasi oleh gempa kecil dengan magnitudo 2 sampai 2,5.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022