Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2022 sebesar 107,27 atau naik 0,42 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang angkanya 106,82.

"Peningkatan NTP terjadi karena harga yang diterima petani naik 0,29 persen dibandingkan harga yang dibayarkan petani yang mengalami penurunan 0,13 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto di Jakarta, Selasa.

Setianto memaparkan indeks harga yang diterima petani meningkat 0,29 persen dengan penyumbang utamanya adalah komoditas kelapa sawit, gabah, kopi, dan gambir.

Kemudian untuk indeks harga yang dibayarkan petani mengalami penurunan 0,13 persen, dengan penyumbang utamanya adalah cabai merah, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat, yakni naik 1,70 persen.

"Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani, mengalami peningkatan 1,53 persen dan indeks harga yang dibayarkan petani untuk subsektor tanaman perkebunan ini mengalami penurunan 0,16 persen," kata Setianto.

Setianto mengatakan komoditas utama yang memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani pada subsektor tanaman perkebunan adalah kelapa sawit, kopi, gambir, cengkeh, kakao, pinang dan tebu.

Selanjutnya, untuk subsektor hortikultura mengalami penurunan 4,14 persen, di mana hal itu terjadi karena harga yang diterima petani turun 4,23 persen, jauh lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayarkan petani hortikultura sebesar 0,10 persen.


"Kalau kita lihat komoditas utamanya ini ada cabai merah, cabai rawit, bawang merah, kol, kubis, kentang, tomat, wortel, mangga, terong," ujar Setianto.



Deflasi 0,11 persen
 

Sebelumnya dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,11 persen pada Oktober 2022 secara bulanan (month-to-month/mtm) atau adanya penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75.

“Oktober ini kalau kita bandingkan dengan inflasi September 2022 terjadi deflasi 0,11 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Setianto menjelaskan penyumbang deflasi pada Oktober utamanya berasal dari penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng, tomat, dan bawang merah.

Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender atau Oktober 2022 terhadap Desember 2021 tercatat sebesar 4,73 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 sebesar 5,71 persen.

Dari 90 kota IHK, terdapat 61 kota yang mengalami deflasi  terdalam terjadi di Kota Gunungsitoli yaitu 1,48 persen, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,76 persen.

Kota Gunungsitoli mengalami deflasi terdalam dengan komoditas penyumbang meliputi cabai merah yang memiliki andil 1,19 persen, cabai rawit 0,2 persen, daging ayam ras 0,08 persen, dan minyak goreng 0,03 persen.

Jika inflasi dilihat berdasarkan sebaran menurut pulau secara bulanan (mtm), untuk Pulau Sumatera terjadi inflasi tertinggi di Meulaboh yaitu 0,19 persen, sedangkan deflasi terdalam di Kota Gunungsitoli 1,48 persen.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPS: Nilai Tukar Petani Oktober 2022 naik 0,42 persen

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022