ANTARAJAWABARAT.com,16/11 - Keraton Kanoman setiap pergantian Tahun Baru Islam menjadi tempat pembacaan Babad Cirebon yang dihadiri ribuan warga setempat.
"Keraton Kanoman setiap tahun menjadi tempat dibacakannya Babad Cirebon, ribuan warga berdatangan untuk mendengarkan sejarah Kota Wali tersebut," kata Sekretaris Daerah Hasanudin di Cirebon, Kamis.
Ia menambahkan, sejarah Cirebon merupakan tempat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, hingga di kenal Kota Wali, dimana perdagangan mendominasi usaha masyarakat pesisir pantai utara, selain itu daerah lintasan.
"Harapannya Cirebon menjadi tujuan wisata karena menyimpan potensi budaya yakni beberap peninggalan bersejarah seperti keraton dan makan Wali Sanga,"katanya.
Semantara itu Mohamad Korim, dengan berbagai ritual membacakan Babad Cirebon diterangi empat lilin besar, duduk ditempat yang telah disediakan.
Dalam bahasa Cirebon dia menceritakan, sejarah singkat Babad Cirebon, lebih dari 7 Abad lalu, pangeran walangsungsang dan ratu Rarasantang keduanya merupakan putra dan putri parabu siliwangi dari kerajaan Padjadjaran dengan suka rela memeluk Agama islam,
Pangeran Walangsungsang yang di beri gelar kerajaan Pangeran Cakrabuana menerimah titah untuk melakukan proses dimulainya "Babad Cirebon".
Pangeran walangsungsang yakni Pangeran Cakrabuana yang dikenal juga Pangeran kian Santang melakukan ibadah haji ke tanah suci Makkah, Ratu Rarasantang dalam perjalanan ke Mekkah dipersunting dan dijadikan istri raja Khute dari Mesir sehingga tidak pulang ke tanah kelahirannya.
Setelah kembali menunaikan ibadah haji Ratu Rarasantang di beri nama Hj Syarifah Mudaim sedangkan raja khute berganti nama H. Somadullah, dan mempunyai anak Syehk Syarif Hidayatullah. Sunan gunung jati, yang menyebarkan islam di daerah Pantura Cirebon.
Sunarto salah satu pengunjung mengaku, setiap pergantian tahun baru Islam datang untuk mendengarkan Babad Cirebon, bersama keluarga harapannya ritual tersebut tetap dipertahankan karena merupakan peninggalan budaya Cirebon.***3***
Enjang S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012
"Keraton Kanoman setiap tahun menjadi tempat dibacakannya Babad Cirebon, ribuan warga berdatangan untuk mendengarkan sejarah Kota Wali tersebut," kata Sekretaris Daerah Hasanudin di Cirebon, Kamis.
Ia menambahkan, sejarah Cirebon merupakan tempat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, hingga di kenal Kota Wali, dimana perdagangan mendominasi usaha masyarakat pesisir pantai utara, selain itu daerah lintasan.
"Harapannya Cirebon menjadi tujuan wisata karena menyimpan potensi budaya yakni beberap peninggalan bersejarah seperti keraton dan makan Wali Sanga,"katanya.
Semantara itu Mohamad Korim, dengan berbagai ritual membacakan Babad Cirebon diterangi empat lilin besar, duduk ditempat yang telah disediakan.
Dalam bahasa Cirebon dia menceritakan, sejarah singkat Babad Cirebon, lebih dari 7 Abad lalu, pangeran walangsungsang dan ratu Rarasantang keduanya merupakan putra dan putri parabu siliwangi dari kerajaan Padjadjaran dengan suka rela memeluk Agama islam,
Pangeran Walangsungsang yang di beri gelar kerajaan Pangeran Cakrabuana menerimah titah untuk melakukan proses dimulainya "Babad Cirebon".
Pangeran walangsungsang yakni Pangeran Cakrabuana yang dikenal juga Pangeran kian Santang melakukan ibadah haji ke tanah suci Makkah, Ratu Rarasantang dalam perjalanan ke Mekkah dipersunting dan dijadikan istri raja Khute dari Mesir sehingga tidak pulang ke tanah kelahirannya.
Setelah kembali menunaikan ibadah haji Ratu Rarasantang di beri nama Hj Syarifah Mudaim sedangkan raja khute berganti nama H. Somadullah, dan mempunyai anak Syehk Syarif Hidayatullah. Sunan gunung jati, yang menyebarkan islam di daerah Pantura Cirebon.
Sunarto salah satu pengunjung mengaku, setiap pergantian tahun baru Islam datang untuk mendengarkan Babad Cirebon, bersama keluarga harapannya ritual tersebut tetap dipertahankan karena merupakan peninggalan budaya Cirebon.***3***
Enjang S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012