Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk meningkatkan intensitas dalam melakukan langkah-langkah mitigasi bencana.
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Tuti Alawiyah dalam keterangan tertulisnya, Selasa, menyebutkan bahwa upaya mitigasi sangat penting untuk mengantisipasi bencana seperti longsor di Kampung Pasir Pogor, Desa Cipelang, Cijeruk, akhir pekan lalu yang menewaskan empat orang.
Baca juga: Ketua DPRD Bogor ingatkan tiga potensi daerah di momentum Harkitnas
“Ini musibah. Tapi harus dimitigasi atau bahkan dicegah. Bisa dipetakan titik-titik rawan longsor di setiap RT dan RW. Jadi kita bisa mengantisipasi dengan membuat desain potensi penyebab longsor,” kata Tuti saat meninjau lokasi bencana di Kampung Pasir Pogor.
Menurutnya, upaya mitigasi berupa edukasi kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan menjadi sangat penting. Pasalnya, hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor rawan akan bencana alam.
“Sederhananya, kalau misal ada hujan lebat, warga di sekitar rawan longsor bisa mengungsi untuk menghindari korban jiwa,” kata politisi Partai Gerindra itu.
Ia menyebutkan, upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan yakni melakukan penghijauan, salah satunya dengan menanam tumbuhan vetiver, seperti akar wangi di wilayah rawan tanah longsor. Kemudian, melakukan pengawasan ketat pembangunan di lokasi rawan longsor.
“Kalau perlu dibongkar saja (bangunan melanggar). Ini jadi ikhtiar kita dalam antisipasi longsor yang cukup efektif,” ujarnya.
Baca juga: DPRD Bogor keluarkan rekomendasi atas LKPj Bupati 2021
Di samping itu, Tuti juga meminta kecamatan dan desa menjadi motor penggerak dalam mitigasi bencana ini.
“Dan ini bisa dilakukan kalau punya peta rawan longsor di wilayahnya. Ini harus didukung oleh kesadaran warga juga akan pentingnya pencegahan dan upaya meminimalisir korban jiwa dan materi,” terang Tuti.
Sebelumnya, Peristiwa longsor yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB pada Sabtu (21/5), itu menyebabkan dua rumah rusak berat dan dua rumah lainnya rusak ringan.
Lima dari sembilan penghuni rumah yang rusak berat akibat reruntuhan tembok penahan tanah dengan tinggi sekitar 6 meter berhasil selamat dari maut, yaitu Fitri, Adit, Akbar, Salma dan Hilman.
Sementara empat warga lainnya, yakni Duduh, Uum, Nafis, dan Eneng meninggal dunia akibat tertimbun longsor. Keempatnya berhasil dievakuasi setelah tim SAR gabungan melakukan pencarian dari Sabtu malam hingga Minggu siang pukul 13.00 WIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Tuti Alawiyah dalam keterangan tertulisnya, Selasa, menyebutkan bahwa upaya mitigasi sangat penting untuk mengantisipasi bencana seperti longsor di Kampung Pasir Pogor, Desa Cipelang, Cijeruk, akhir pekan lalu yang menewaskan empat orang.
Baca juga: Ketua DPRD Bogor ingatkan tiga potensi daerah di momentum Harkitnas
“Ini musibah. Tapi harus dimitigasi atau bahkan dicegah. Bisa dipetakan titik-titik rawan longsor di setiap RT dan RW. Jadi kita bisa mengantisipasi dengan membuat desain potensi penyebab longsor,” kata Tuti saat meninjau lokasi bencana di Kampung Pasir Pogor.
Menurutnya, upaya mitigasi berupa edukasi kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan menjadi sangat penting. Pasalnya, hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor rawan akan bencana alam.
“Sederhananya, kalau misal ada hujan lebat, warga di sekitar rawan longsor bisa mengungsi untuk menghindari korban jiwa,” kata politisi Partai Gerindra itu.
Ia menyebutkan, upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan yakni melakukan penghijauan, salah satunya dengan menanam tumbuhan vetiver, seperti akar wangi di wilayah rawan tanah longsor. Kemudian, melakukan pengawasan ketat pembangunan di lokasi rawan longsor.
“Kalau perlu dibongkar saja (bangunan melanggar). Ini jadi ikhtiar kita dalam antisipasi longsor yang cukup efektif,” ujarnya.
Baca juga: DPRD Bogor keluarkan rekomendasi atas LKPj Bupati 2021
Di samping itu, Tuti juga meminta kecamatan dan desa menjadi motor penggerak dalam mitigasi bencana ini.
“Dan ini bisa dilakukan kalau punya peta rawan longsor di wilayahnya. Ini harus didukung oleh kesadaran warga juga akan pentingnya pencegahan dan upaya meminimalisir korban jiwa dan materi,” terang Tuti.
Sebelumnya, Peristiwa longsor yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB pada Sabtu (21/5), itu menyebabkan dua rumah rusak berat dan dua rumah lainnya rusak ringan.
Lima dari sembilan penghuni rumah yang rusak berat akibat reruntuhan tembok penahan tanah dengan tinggi sekitar 6 meter berhasil selamat dari maut, yaitu Fitri, Adit, Akbar, Salma dan Hilman.
Sementara empat warga lainnya, yakni Duduh, Uum, Nafis, dan Eneng meninggal dunia akibat tertimbun longsor. Keempatnya berhasil dievakuasi setelah tim SAR gabungan melakukan pencarian dari Sabtu malam hingga Minggu siang pukul 13.00 WIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022