ANTARAJAWABARAT.com,23/4 - Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage menyatakan bangunan Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) Dago yang kini dibongkar termasuk ke dalam bangunan cagar budaya/heritage golongan A.

"Artinya, SMAK Dago ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11/2010 tentang Cadar Budaya.Sehingga tidak boleh dibongkar. Keutuhan bangunannya harus dilstarikan," kata Ketua Bandung Heritage Tuti Harastoeti, di Kota Bandung, Senin.

Terkait pembongkaran bangunan SMAK Dago, pihaknya menyayangkan pembongkaran bangunan yang menjadi almamater mantan Presiden BJ Habibie tersebut.

"Namun sayangnya 'political will' dari Pemkot Bandung kurang. Jika Pemkot sadar, itu (pembongkaran) bisa dilarang dan tidak diizinkan," kata Tuti.

Ia menjelaskan, jika melihat dari lima kriteria sebuah bangunan disebut sebagai bangunan cagar budaya maka bangunan SMAK Dago memenuhi lima kriteria tersebut yakni terdiri dari nilai sejarah, arsitektur, sosial budaya, dan usia bangunan.

"Kan dari umur kan bangunan dibuat tahun 50 an. Dari aspek sejarah SMAK Dago adalah sekolah dari Pak Presiden kita yang ketiga yakni BJ Habibie dan istrinya. Kemudian, arsitekturnya modern dan struktur akustiknya terbaik di Kota Bandung waktu itu. Sedangkan nilai sosial budayanya sebagai tempat pendidikan dan berkumpulnya berbagai kalangan," kata Tuti.

Dikatakannya, Bandung Heritage telah melayangkan surat kepada Pemkot Bandung terkait pembongkaran bangunan SMAK Dago yang dibangun sejak tahun 1950 silam.

"Saya sudah mengirim surat ke mereka dan bahkan saya sudah menelpon staf Pak Wali Kota Bandung. Tapi hasilnya, mereka juga tidak tahu dan tidak memberi ijin pembongkaran," katanya.

Namun, meskipun tidak mendapatkan respon dari Pemkot Bandung pihaknya menyatakan tidak akan patah arang dan mengingat SMAK Dago sudah di bongkar maka dalam waktu dekat ini ia akan berusaha untuk beraudiensi dengan Pemkot dan DPRD Kota Bandung.

Sementara itu Budayawan Kota Bandung, Acil Bimbo menyatakan terkait banyaknya bangunan cagar budaya yang tidak terawat dan terancam keberadaannya, pemerintah saat ini seolah sudah buta serta sudah hampa akan budaya yang dimiliki oleh negeri ini.

"Jadi seolah tidak ada lagi kepedulian akan identitas Bandung yang dulu dikenal Paris Van Java. Sekarang ini yang mereka (pemerintah) pikirkan hanyalah orientasi uang, melalui timbal balik pengembang yang akan menambah pemasukan bagi pundi-pundi rumah mereka," ujar Acil.***3***

Ajat S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012