ANTARAJAWABARAT.com,21/9 - Dewan Kesenian Cimahi (DKC), Jawa Barat, mengaku sepakat untuk menolak pembukaan kembali TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Mandiri Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan.

DKC menganggap rencana pengembangan Kampung Adat Cireundeu oleh Pemkot belum terlihat jelas, pasalnya Pemkot Cimahi berencana mengembangkan Desa Wisata Ketahanan Pangan dan TPA Mandiri, kata Ketua DKC Cimahi Dede Syarif Hidayat kepada wartawan, Rabu.

"Sebetulnya pimpinan daerah, memiliki frame yang sama dengan warga Cireundeu. Hanya saja, konsep pimpinan itu, belum bisa diterjemahkan oleh SKPD-SKPD terkait, terutama Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan bidang pariwisata," ujarnya.

Dede juga menyarankan agar SKPD-SKPD terkait turun langsung ke Kampung Adat Cireundeu, untuk berdialog dengan warga hingga menangkap aspirasi warga. Dirinya mendukung, agar kearifan lokal Cireundeu yang selama ini telah dijaga warga setempat, agar dipertahankan untuk menjadi Desa Wisata Ketahanan Pangan.

"Harapannya, kearifan lokal Cireundeu bisa tetap terjaga. Kalau, dijadikan TPA mandiri, bagaimana bisa dijadikan tempat wisata? Masuk kawasan itu, akan ketemu sampah, warga juga akan terganggu dengan bau sampah dan lalat," ujarnya.

Terlebih warga setempat masih trauma dengan tragedi longsornya sampah. Dikhawatirkan, pengelolaan yang tidak baik, bisa mengakibatkan, bencana kembali. Dikatakannya, berbagai penelitian yang mengarah pada Desa Wisata Ketahanan Pangan memang sudah dilakukan.

Sebelumnya, tokoh masyarakat Adat Cireundeu, Asep Abbas menyatakan, bahwa warga di kampungnya menolak wacana pembangunan tempat pengolahan sampah di Leuwigajah yang diwacanakan Pemkot Cimahi. Solusinya, mereka mengusulkan agar lahan seluas enam hektare tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan kepariwisataan yang telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Ketahanan Pangan.

"Kami menolak wacana pembangunan tempat pengolahan sampah di Leuwigajah dalam bentuk apapun, entah TPA atau tempat pengolahan, entah besar skalanya atau kecil. Tapi seiring waktu terus membesar," ujarnya.

Menurut Asep, jauh lebih arif jika Pemkot mengoptimalkan lahan di Leuwigajah untuk mengembangkan potensi wisata. Hal ini akan selaras dengan kekhasan kampung adat tersebut yang sudah terkenal luas berkat pola ketahanan pangan yang mereka terapkan dalam hidup keseharian dengan mengkonsumsi singkong.***3***

Hedi A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011