Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat mulai menggeliat setelah lama terdampak pandemi COVID-19 yang melumpuhkan kegiatan ekonomi termasuk sektor UMKM.
"Sekarang mulai bergerak pertumbuhannya," kata Kepala Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan Industri pada Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Tasikmalaya Dadang Ginanjar di Tasikmalaya, Senin.
Ia menuturkan pelaku UMKM sudah mulai kembali beraktivitas di sejumlah sentra kuliner di Kota Tasikmalaya, salah satunya kembali menyelenggarakan Mambo Kuliner Night.
Mulai tumbuhnya UMKM itu, kata dia, pemerintah daerah akan menyiapkan sejumlah program untuk mendongkrak produktivitas dengan memberikan pelatihan dan menfasilitasi pembuatan sertifikat halal.
"Untuk komoditi makanan olahan, kita dari Pemda fasilitasi sertifikat halal, pelatihan teknik produksi makanan olahan, inkubasi bisnis," katanya.
Salah seorang pemilik usaha kuliner olahan susu di Kota Tasikmalaya Ade Nurhayati (51) mengaku kegiatan usahanya merosot karena sekolah-sekolah, toko oleh-oleh, dan tempat wisata yang selama ini diandalkan sebagai tempat penjualan semuanya tutup hingga akhirnya penjualan menurun drastis.
Produk yang dibuatnya, kata Ade, yaitu olahan susu seperti susu segar, stick yogurt, yogurt murni kemasan botol, dan permen karamel susu yang mampu menjual yogurt sampai 100 liter setiap hari, namun saat pandemi paling tinggi hanya 40 liter per hari.
"Itu juga bersyukur masih bisa kejual, sebelum pandemi omzet sampai Rp30 juta per bulan, setelah pandemi paling besar cuma Rp10 juta per bulan," katanya.
Ia mengungkapkan selama pandemi COVID-19 terpaksa harus mengurangi karyawan agar tidak terlalu besar biaya pengeluarannya, kemudian berusaha mengoptimalkan penjualan daring dan bergabung dengan komunitas UMKM usAHA binaan Airlangga Hartarto untuk memudahkan pemasaran.
Menurut dia adanya bimbingan dari komunitas usAHA dengan bergerak menjual produk secara daring melalui media sosial maupun aplikasi pesan WhatsApp mampu meningkatkan penjualan produk, meskipun tidak sebesar penjualan sebelum pandemi.
Penjualan produk olahan susu, kata dia, mulai ramai sejak diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang melonggarkan aturan aktivitas masyarakat maupun berjualan.
"Sekarang toko oleh-oleh itu lagi bagus-bagusnya, karena pelonggaran PPKM, pariwisata udah hidup lagi, jadinya jualan juga bisa napas lagi," kata Ade.
Ia menambahkan usahanya akan terus ditingkatkan dengan bergabung bersama komunitas UMKM usAHA binaan Partai Golkar yang memberikan pelatihan wirausaha seperti pengembangan usaha maupun promosi produk.
"Semenjak dipromosiin itu, jadi banyak yang order, ada dari Garut, Bandung, Jakarta, Bekasi, itu mereka beli dari Instagram semua, beda banget waktu sebelum dipromosiin," katanya.
Baca juga: Pemkot Tasikmalaya telusuri masyarakat yang belum divaksin COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Sekarang mulai bergerak pertumbuhannya," kata Kepala Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan Industri pada Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Tasikmalaya Dadang Ginanjar di Tasikmalaya, Senin.
Ia menuturkan pelaku UMKM sudah mulai kembali beraktivitas di sejumlah sentra kuliner di Kota Tasikmalaya, salah satunya kembali menyelenggarakan Mambo Kuliner Night.
Mulai tumbuhnya UMKM itu, kata dia, pemerintah daerah akan menyiapkan sejumlah program untuk mendongkrak produktivitas dengan memberikan pelatihan dan menfasilitasi pembuatan sertifikat halal.
"Untuk komoditi makanan olahan, kita dari Pemda fasilitasi sertifikat halal, pelatihan teknik produksi makanan olahan, inkubasi bisnis," katanya.
Salah seorang pemilik usaha kuliner olahan susu di Kota Tasikmalaya Ade Nurhayati (51) mengaku kegiatan usahanya merosot karena sekolah-sekolah, toko oleh-oleh, dan tempat wisata yang selama ini diandalkan sebagai tempat penjualan semuanya tutup hingga akhirnya penjualan menurun drastis.
Produk yang dibuatnya, kata Ade, yaitu olahan susu seperti susu segar, stick yogurt, yogurt murni kemasan botol, dan permen karamel susu yang mampu menjual yogurt sampai 100 liter setiap hari, namun saat pandemi paling tinggi hanya 40 liter per hari.
"Itu juga bersyukur masih bisa kejual, sebelum pandemi omzet sampai Rp30 juta per bulan, setelah pandemi paling besar cuma Rp10 juta per bulan," katanya.
Ia mengungkapkan selama pandemi COVID-19 terpaksa harus mengurangi karyawan agar tidak terlalu besar biaya pengeluarannya, kemudian berusaha mengoptimalkan penjualan daring dan bergabung dengan komunitas UMKM usAHA binaan Airlangga Hartarto untuk memudahkan pemasaran.
Menurut dia adanya bimbingan dari komunitas usAHA dengan bergerak menjual produk secara daring melalui media sosial maupun aplikasi pesan WhatsApp mampu meningkatkan penjualan produk, meskipun tidak sebesar penjualan sebelum pandemi.
Penjualan produk olahan susu, kata dia, mulai ramai sejak diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang melonggarkan aturan aktivitas masyarakat maupun berjualan.
"Sekarang toko oleh-oleh itu lagi bagus-bagusnya, karena pelonggaran PPKM, pariwisata udah hidup lagi, jadinya jualan juga bisa napas lagi," kata Ade.
Ia menambahkan usahanya akan terus ditingkatkan dengan bergabung bersama komunitas UMKM usAHA binaan Partai Golkar yang memberikan pelatihan wirausaha seperti pengembangan usaha maupun promosi produk.
"Semenjak dipromosiin itu, jadi banyak yang order, ada dari Garut, Bandung, Jakarta, Bekasi, itu mereka beli dari Instagram semua, beda banget waktu sebelum dipromosiin," katanya.
Baca juga: Pemkot Tasikmalaya telusuri masyarakat yang belum divaksin COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021