Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menegaskan komitmen atau keseriusan Pemprov Jabar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Jawa Barat, sekaligus melahirkan inovasi untuk mempercepat proses peningkatan kualitas tersebut.
"Pada tahun lalu naik 10 poin ke angka 61,59 menjadi cukup baik. Kami berharap tahun 2021 bisa naik, menjadi kualitas lingkungan hidup yang lebih baik seterusnya, karena kami memiliki komitmen dan inovasi lingkungan," kata Ridwan Kamil di Bandung, Selasa.
Ia mengatakan kualitas lingkungan hidup (IKLH) di provinsi yang ia pimpin dalam dua tahun terus menunjukan grafik perbaikan.
Pada 2019, IKLH Jabar mencapai 51,64 yang berarti masih dalam kategori kurang baik dan lewat sejumlah inovasi, pada 2020 IKLH Jabar menunjukkan perbaikan ke angka 61,59.
Salah satu upaya memperbaiki kualitas lingkungan ditunjukkan lewat menjaga fungsi ekologis di Kawasan Bandung Utara (KBU).
"Walaupun ada kebijakan baru dari pusat, dimana kewenangan pemanfaatan ruang diserahkan ke Kab Kota, provinsi mendorong kab/kota untuk tetap mempertimbangkan Perda KBU," katanya.
Melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD), pihaknya melakukan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang di KBU dari mulai perencanaan, pemanfaatan hingga pengawasan.
Pihaknya juga melansir, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam setahun terakhir menurutnya menunjukkan capaian dan upaya yang signifikan untuk membenahi sejumlah aspek perbaikan lingkungan.
Dia menuturkan mulai dari penurunan tingkat pencemaran di Sungai Citarum dari status cemar berat menjadi cemar ringan pada 2021.
“Salah satu yang kami banggakan. Setelah sebelumnya Citarum dikenal dunia sebagai The Dirties River in the World, sungai terkotor di dunia kini statusnya dari cemar berat tahun ini menjadi cemar ringan, berkat strategi pentahelic ABCGM, akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media, kita keroyok sama-sama,” tuturnya.
Program Citarum Harum juga melibatkan TNI/Polri hingga penanganan di DAS yang melintasi 13 kabupaten/kota tersebut menjadi lebih efektif dalam mengatasi persoalan krisis lingkungan.
Strategi dan pencapaian ini yang membawa Citarum dipresentasikan dan mendapatkan apresiasi di ajang COP26 Glasgow awal November lalu.
"Untuk mengelola 300 kilometer (DAS Citarum) 18 juta penduduk di sekitar DAS Citarum, kami membuat command center menggunakan digital untuk memantau pencemaran, memonitor keamanan, memonitor data dan mengambil keputusan,” katanya.
Jawa Barat juga satu-satunya provinsi yang melahirkan inovasi eco village dimana desa-desa yang memegang teguh pelestarian lingkungan hidup.
Jumlahnya saat ini sudah mencapai 377 desa dan akan menjadi budaya jangka panjang yang diterapkan di seluruh desa di Jawa Barat.
Pihaknya juga berhasil melampaui target keragaman hayati lewat program Taman Hayati yang targetnya 217 hektar kini sudah mencapai 238 hektar.
“Alhamdulillah naik 110 persen ke 38 hektar,” ujarnya.
Pihaknya juga berhadapan dengan isu lahan kritis dan lewat upaya reforestasi pihaknya menargetkan bisa menanam 50 juta pohon dalam lima tahun.
Program ini berjalan progresif dimana dalam tiga tahun sudah bisa menanam pohon sebanyak 40,6 juta pohon atau 80 persen dari target.
Selain itu, program ini diakselerasi menggunakan kampanye digital dimana warga Jawa Barat yang ingin menyumbang pohon bisa mendaftar ke situs Simantri Bibit dan kesadaran warga menanam sendiri.
"Simantri Bibit bisa membeli bibit dan tinggal membayar secara digital. Nanti tim dari kami menanam dan melaporkan pohon itu ditanam di mana. Kalau menanam sendiri bisa melaporkan di aplikasi E-tanam,” tuturnya.
Baca juga: Gubernur Jabar ingin ekonomi desa meningkat lewat digitalisasi
Baca juga: Belanda tertarik berivestasi proyek RS di Jabar, sebut Ridwan Kamil
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pada tahun lalu naik 10 poin ke angka 61,59 menjadi cukup baik. Kami berharap tahun 2021 bisa naik, menjadi kualitas lingkungan hidup yang lebih baik seterusnya, karena kami memiliki komitmen dan inovasi lingkungan," kata Ridwan Kamil di Bandung, Selasa.
Ia mengatakan kualitas lingkungan hidup (IKLH) di provinsi yang ia pimpin dalam dua tahun terus menunjukan grafik perbaikan.
Pada 2019, IKLH Jabar mencapai 51,64 yang berarti masih dalam kategori kurang baik dan lewat sejumlah inovasi, pada 2020 IKLH Jabar menunjukkan perbaikan ke angka 61,59.
Salah satu upaya memperbaiki kualitas lingkungan ditunjukkan lewat menjaga fungsi ekologis di Kawasan Bandung Utara (KBU).
"Walaupun ada kebijakan baru dari pusat, dimana kewenangan pemanfaatan ruang diserahkan ke Kab Kota, provinsi mendorong kab/kota untuk tetap mempertimbangkan Perda KBU," katanya.
Melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD), pihaknya melakukan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang di KBU dari mulai perencanaan, pemanfaatan hingga pengawasan.
Pihaknya juga melansir, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam setahun terakhir menurutnya menunjukkan capaian dan upaya yang signifikan untuk membenahi sejumlah aspek perbaikan lingkungan.
Dia menuturkan mulai dari penurunan tingkat pencemaran di Sungai Citarum dari status cemar berat menjadi cemar ringan pada 2021.
“Salah satu yang kami banggakan. Setelah sebelumnya Citarum dikenal dunia sebagai The Dirties River in the World, sungai terkotor di dunia kini statusnya dari cemar berat tahun ini menjadi cemar ringan, berkat strategi pentahelic ABCGM, akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media, kita keroyok sama-sama,” tuturnya.
Program Citarum Harum juga melibatkan TNI/Polri hingga penanganan di DAS yang melintasi 13 kabupaten/kota tersebut menjadi lebih efektif dalam mengatasi persoalan krisis lingkungan.
Strategi dan pencapaian ini yang membawa Citarum dipresentasikan dan mendapatkan apresiasi di ajang COP26 Glasgow awal November lalu.
"Untuk mengelola 300 kilometer (DAS Citarum) 18 juta penduduk di sekitar DAS Citarum, kami membuat command center menggunakan digital untuk memantau pencemaran, memonitor keamanan, memonitor data dan mengambil keputusan,” katanya.
Jawa Barat juga satu-satunya provinsi yang melahirkan inovasi eco village dimana desa-desa yang memegang teguh pelestarian lingkungan hidup.
Jumlahnya saat ini sudah mencapai 377 desa dan akan menjadi budaya jangka panjang yang diterapkan di seluruh desa di Jawa Barat.
Pihaknya juga berhasil melampaui target keragaman hayati lewat program Taman Hayati yang targetnya 217 hektar kini sudah mencapai 238 hektar.
“Alhamdulillah naik 110 persen ke 38 hektar,” ujarnya.
Pihaknya juga berhadapan dengan isu lahan kritis dan lewat upaya reforestasi pihaknya menargetkan bisa menanam 50 juta pohon dalam lima tahun.
Program ini berjalan progresif dimana dalam tiga tahun sudah bisa menanam pohon sebanyak 40,6 juta pohon atau 80 persen dari target.
Selain itu, program ini diakselerasi menggunakan kampanye digital dimana warga Jawa Barat yang ingin menyumbang pohon bisa mendaftar ke situs Simantri Bibit dan kesadaran warga menanam sendiri.
"Simantri Bibit bisa membeli bibit dan tinggal membayar secara digital. Nanti tim dari kami menanam dan melaporkan pohon itu ditanam di mana. Kalau menanam sendiri bisa melaporkan di aplikasi E-tanam,” tuturnya.
Baca juga: Gubernur Jabar ingin ekonomi desa meningkat lewat digitalisasi
Baca juga: Belanda tertarik berivestasi proyek RS di Jabar, sebut Ridwan Kamil
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021