Bandara Husein Sastranegara menyatakan adanya fenomena pesawat yang berputar-putar sebelum mendarat merupakan hal yang lazim terjadi di saat adanya cuaca ekstrem.
Executive General Manager Bandara Husein Iwan Winaya menjelaskan aksi pesawat yang berputar-putar itu memang standar yang harus dilakukan ketika terjadi cuaca buruk di sekitar kawasan pendaratan hingga menyebabkan penglihatan terbatas.
"Visibility (penglihatan) saat itu hanya 1.000 meter, sedangkan untuk landing (mendarat) minimalnya itu 1.800 meter," kata Iwan di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Adapun fenomena pesawat yang berputar di langit kawasan Bandung timur itu terjadi pada Kamis (21/10) malam. Sebagian besar wilayah Bandung pada saat itu memang dilanda hujan deras.
Selain hujan deras, saat itu pun di sejumlah wilayah Bandung terjadi fenomena angin kencang hingga menyebabkan sejumlah pohon tumbang.
Iwan mejelaskan pada akhirnya, pesawat yang membawa 85 penumpang dengan keberangkatan dari Medan (KNO) menuju Bandung (BDO) itu akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jawa Barat.
Menurut Iwan, adanya cuaca ekstrem itu tidak musti membuat pesawat perlu berputar-putar terlebih dahulu. Karena pesawat menurutnya bisa mendarat meski cuaca ekstrem apabila penglihatan tetap bagus.
Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik ketika melihat fenomena serupa. Pasalnya hal itu merupakan keputusan seorang pilot yang didukung penuh dengan data-data.
"Dan ada beberapa plan, misalnya kemarin tidak ada perubahan cuaca, pesawat akan dialihkan ke Halim, atau Cengkareng, sampai cuaca baik lagi, baru akan terbang lagi ke Bandung," kata Iwan.
Baca juga: Bandara Husein Sastranegara masih layak jadi bandara internasional
Baca juga: Pemkot Bandung harap aktifnya pesawat jet di Bandara Husein angkat wisata
Baca juga: Bandara Bandung operasikan 6 rute penerbangan pesawat jet
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Executive General Manager Bandara Husein Iwan Winaya menjelaskan aksi pesawat yang berputar-putar itu memang standar yang harus dilakukan ketika terjadi cuaca buruk di sekitar kawasan pendaratan hingga menyebabkan penglihatan terbatas.
"Visibility (penglihatan) saat itu hanya 1.000 meter, sedangkan untuk landing (mendarat) minimalnya itu 1.800 meter," kata Iwan di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Adapun fenomena pesawat yang berputar di langit kawasan Bandung timur itu terjadi pada Kamis (21/10) malam. Sebagian besar wilayah Bandung pada saat itu memang dilanda hujan deras.
Selain hujan deras, saat itu pun di sejumlah wilayah Bandung terjadi fenomena angin kencang hingga menyebabkan sejumlah pohon tumbang.
Iwan mejelaskan pada akhirnya, pesawat yang membawa 85 penumpang dengan keberangkatan dari Medan (KNO) menuju Bandung (BDO) itu akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jawa Barat.
Menurut Iwan, adanya cuaca ekstrem itu tidak musti membuat pesawat perlu berputar-putar terlebih dahulu. Karena pesawat menurutnya bisa mendarat meski cuaca ekstrem apabila penglihatan tetap bagus.
Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik ketika melihat fenomena serupa. Pasalnya hal itu merupakan keputusan seorang pilot yang didukung penuh dengan data-data.
"Dan ada beberapa plan, misalnya kemarin tidak ada perubahan cuaca, pesawat akan dialihkan ke Halim, atau Cengkareng, sampai cuaca baik lagi, baru akan terbang lagi ke Bandung," kata Iwan.
Baca juga: Bandara Husein Sastranegara masih layak jadi bandara internasional
Baca juga: Pemkot Bandung harap aktifnya pesawat jet di Bandara Husein angkat wisata
Baca juga: Bandara Bandung operasikan 6 rute penerbangan pesawat jet
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021