ANTARAJAWABARAT.com, 24/6 - Tanaman padi di lahan pertanian Desa Cibogo Keluarahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, terancam kekeringan akibat aliran sungai pemasok air debitnya terus menyusut.

"Pasokan air di Desa Cibogo, Kelurahan Argasunya, Cirebon, hanya mengandalkan dari Sungai Menjangan dan Sungai Cibogo, kedua sungai tersebut merupakan sungai periodik, memasuki kemarau debitnya menurun bahkan diperkirakan akan mengering," kata Warnazi salah seorang petani di Cirebon kepada wartawan, Jumat.

Menurut dia, lahan pertanian di Cibogo merupakan sawah tadah hujan, perkiraan petani kurang tepat karena tahun sebelumnya hujan cukup panjang, hingga mereka memaksakan tanam, biasanya musim kemarau sawah tersebut terlantar.

"Lahan pertanian yang ada paling bisa ditanam padi setahun dua kali, satu kali biasanya panen maksimal jika curah hujan tinggi, namun kedua kali sering gagal karena kekeringan," katanya.

Dia berharap lahan pertanian di Desa Cibogo Harjamukti tersedia irigasi yang mampu memasok air, namun kondisi alam yang berbatu dan tanah cadas keras serta berada dilereng perbukitan Beber pasokan air sulit sekali.

Sementara itu Harun salah seorang warga setempat mengaku, tanaman padi terancam mengalami kekeringan karena pasokan air terus menurun.

Menurut dia kondisi alam berbukit sulit mendapatkan air, jangankan untuk mengairi sawah kebutuhan air rumah tangga semakin sulit.

"Letak Desa Cibogo Harjamukti berada di lereng bukit sehingga air sulit sekali, diperkirakan masyarakat setempat akan mengalami kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan keluarga mereka," katanya.

Kepala Bidang Perkebunan dari Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Cirebon Ir Ade Hasan menuturkan, lahan pertanian di pantura Cirebon merupakan sawah tadah hujan, jika petani memaksakan tanam padi pasti akan terkena dampak kekeringan dimusim kemarau.

"Langkah mengatasi ancaman kekeringan di Cirebon, petani setempat harus berani membenahi pola tanam dengan mengembangkan berbagai jenis perkebunan, seperti tebu, tembakau dan tanaman hemat air," katanya.

Dikatakannya, musim kemarau usaha perkebunan pasti hasilnya meningkat, petani harus melirik keuntungan dari usaha perkebunan tersebut, lahan tadah hujan merupaka areal yang cocok bagi berbagai jeni tanaman hemat air namun menguntungkan.

"Mempertahankan menanam tanaman padi di pantura petani rugi karena pasokan air terbatas, hanya saat curah hujan tinggi, sementara ini memasuki kemarau jika mereka memaksakan pasti akan gagal panen, setelah itu lahan ditinggalkan karena tidak ada modal tanam," katanya.

Sementara itu Ketua APTRI JAWA BARAT Anwar Asmali mengatakan, lahan pertanian di Cirebon tadah hujan untuk tanaman pangan memasuki kemarau kesulitan pasokan air, mestinya petani pandai dan memperhitungkan tanaman yang cocok dan hemat air.

"Perkebunan tebu di Cirebon cukup potensial dan memiliki peluang pasar tinggi, karena saat ini kebutuhan gula masih terus kekurangan, tanam tebu lebih menguntungkan dibandingkan tanam padi karena perawatan mudah dan hemat air," katanya.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011