Sejumlah warga yang rumahnya berdekatan dengan menara air milik PDAM Tirta Asasta menilai bahwa pembongkaran menara tidak profesional, sehingga crane roboh yang mengakibatkan dua orang terluka dan satu orang anak tertimpa bangunan selama lima jam.
"Proses pembongkaran dengan bongkahan-bongkahan besar dijatuhkan dari atas sehingga membuat warga merasa was-was dan tidak menggunakan alat berat, jadi dipotong langsung dijatuhin, tentunya cara ini murah biaya makanya warga komplain," kata Ketua RW05 Kelurahan Depok Jaya Chaedar di Depok, Jumat.
Kemudian warga mengadakan rapat yang diikuti dengan Ketua RW04 Pranowo. Warga mengingatkan kepada kontraktor yang melaksanakan pembongkaran menara air agar mengerjakan dengan profesional tidak asal-asalan.
"Kita sebagai warga mengingatkan kepada pekerja untuk memotong bongkahan yang besar menjadi kecil-kecil untuk dijatuhkan agar tidak membahayakan rumah warga. Namun tidak didengarkan juga," katanya.
Chaedar mengatakan akhirnya warga sepakat menulis surat keberatan kepada wali kota, kejaksaan, PDAM, komisi B DPRD Depok yang ditandatangani oleh ketua RW04, Rw05 dan sejumlah warga.
"Kemudian kita datang ke kejaksaan dan diterima dengan baik, langsung mendapat respon keesokan harinya dengan meninjau langsung lokasi, setelah itu dihentikan beberapa hari," ujarnya.
Untuk itu ia berharap kontraktor bisa bertanggung jawab atas peristiwa robohnya crane yang membuat tiga warga sekitar terluka.
"Ini berat sekali pak hukuman ini denda bisa Rp5 miliar, nyawa orang ini dan kita sudah ingatkan berkali-kali," jelasnya.
Saking kesalnya kata Chaedar sudah dua kali diundang rapat saya tidak mau datang. Karena suara warga tidak didengarkan lagi.
Ia berharap kalau proyek ini dilanjutkan maka rumah di sekitar ini dikosongkan terlebih dahulu karena bisa berbahaya sewaktu-waktu menimpa rumah warga.
Hal senada juga dikatakan warga sekitar lainnnya, Iskak mengatakan warga memang sudah protes sebelumnya cara kerja kontraktor membongkar menara air tersebut karena menjatuhkan bongkahan yang sangat besar sehingga mengganggu warga.
"Suara jatuhnya bongkahan yang besar sangat mengganggu warga, kemudian diperkecil potongan bongkahan namun masih bermasalah juga lalu kita minta crane tentunya dengan cara yang aman," ujarnya.
Iskak juga melihat cara kerjanya tidak terkoordinir dan manajemen rapi sehingga tidak berjalan dengan baik sehingga bekerja seperti asal-asalan saja.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Proses pembongkaran dengan bongkahan-bongkahan besar dijatuhkan dari atas sehingga membuat warga merasa was-was dan tidak menggunakan alat berat, jadi dipotong langsung dijatuhin, tentunya cara ini murah biaya makanya warga komplain," kata Ketua RW05 Kelurahan Depok Jaya Chaedar di Depok, Jumat.
Kemudian warga mengadakan rapat yang diikuti dengan Ketua RW04 Pranowo. Warga mengingatkan kepada kontraktor yang melaksanakan pembongkaran menara air agar mengerjakan dengan profesional tidak asal-asalan.
"Kita sebagai warga mengingatkan kepada pekerja untuk memotong bongkahan yang besar menjadi kecil-kecil untuk dijatuhkan agar tidak membahayakan rumah warga. Namun tidak didengarkan juga," katanya.
Chaedar mengatakan akhirnya warga sepakat menulis surat keberatan kepada wali kota, kejaksaan, PDAM, komisi B DPRD Depok yang ditandatangani oleh ketua RW04, Rw05 dan sejumlah warga.
"Kemudian kita datang ke kejaksaan dan diterima dengan baik, langsung mendapat respon keesokan harinya dengan meninjau langsung lokasi, setelah itu dihentikan beberapa hari," ujarnya.
Untuk itu ia berharap kontraktor bisa bertanggung jawab atas peristiwa robohnya crane yang membuat tiga warga sekitar terluka.
"Ini berat sekali pak hukuman ini denda bisa Rp5 miliar, nyawa orang ini dan kita sudah ingatkan berkali-kali," jelasnya.
Saking kesalnya kata Chaedar sudah dua kali diundang rapat saya tidak mau datang. Karena suara warga tidak didengarkan lagi.
Ia berharap kalau proyek ini dilanjutkan maka rumah di sekitar ini dikosongkan terlebih dahulu karena bisa berbahaya sewaktu-waktu menimpa rumah warga.
Hal senada juga dikatakan warga sekitar lainnnya, Iskak mengatakan warga memang sudah protes sebelumnya cara kerja kontraktor membongkar menara air tersebut karena menjatuhkan bongkahan yang sangat besar sehingga mengganggu warga.
"Suara jatuhnya bongkahan yang besar sangat mengganggu warga, kemudian diperkecil potongan bongkahan namun masih bermasalah juga lalu kita minta crane tentunya dengan cara yang aman," ujarnya.
Iskak juga melihat cara kerjanya tidak terkoordinir dan manajemen rapi sehingga tidak berjalan dengan baik sehingga bekerja seperti asal-asalan saja.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021