Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa varian baru R.1 masih dalam pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Saat ini varian R.1 masih tergolong varian under monitoring oleh WHO sehingga perlu ditindaklanjuti dengan monitoring lebih lanjut sebagai prinsip kehati-hatian," ujarnya dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia mengingatkan kembali munculnya varian baru COVID-19 itu menunjukkan bahwa COVID-19 belum sepenuhnya hilang dari dunia ini.
"Untuk itu sikap yang paling bijak kita lakukan ialah konsisten menjalankan protokol kesehatan di seluruh aspek kehidupan tanpa harus takut secara berlebihan," kata Wiku.
Ia mengemukakan, varian R.1 pertama kali teridentifikasi oleh WHO pada bulan Januari 2021 di Jepang.
"Dan diketahui telah menyebar di beberapa wilayah di Amerika Serikat saat ini," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan memastikan kedatangan dari luar negeri diperketat guna mencegah penyebaran Covid-19, khususnya dari negara-negara yang memiliki kecenderungan penularan yang tinggi.
"Kedatangan orang asing juga kami lakukan pengetatan untuk orang dari daerah-daerah yang kita anggap punya kecenderungan tinggi atau level 4, istilah kita," katanya.
Ia menyebut sejumlah negara yang dinilai memiliki potensi penularan tinggi adalah Amerika Serikat dan Turki.
Luhut juga memastikan proses karantina selama delapan hari untuk mereka yang baru datang dari luar negeri tetap dilakukan. Menurut dia, hal itu dilakukan atas saran epidemiolog.
Baca juga: Indonesia tak mau kecolongan varian baru COVID-19, kata Wapres
Baca juga: Waspadai pelaku perjalanan dari negara perbatasan
Baca juga: Varian C.1.2 tidak lebih berbahaya dari varian VoI/VoC, sebut Peneliti BRIN
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Saat ini varian R.1 masih tergolong varian under monitoring oleh WHO sehingga perlu ditindaklanjuti dengan monitoring lebih lanjut sebagai prinsip kehati-hatian," ujarnya dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia mengingatkan kembali munculnya varian baru COVID-19 itu menunjukkan bahwa COVID-19 belum sepenuhnya hilang dari dunia ini.
"Untuk itu sikap yang paling bijak kita lakukan ialah konsisten menjalankan protokol kesehatan di seluruh aspek kehidupan tanpa harus takut secara berlebihan," kata Wiku.
Ia mengemukakan, varian R.1 pertama kali teridentifikasi oleh WHO pada bulan Januari 2021 di Jepang.
"Dan diketahui telah menyebar di beberapa wilayah di Amerika Serikat saat ini," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan memastikan kedatangan dari luar negeri diperketat guna mencegah penyebaran Covid-19, khususnya dari negara-negara yang memiliki kecenderungan penularan yang tinggi.
"Kedatangan orang asing juga kami lakukan pengetatan untuk orang dari daerah-daerah yang kita anggap punya kecenderungan tinggi atau level 4, istilah kita," katanya.
Ia menyebut sejumlah negara yang dinilai memiliki potensi penularan tinggi adalah Amerika Serikat dan Turki.
Luhut juga memastikan proses karantina selama delapan hari untuk mereka yang baru datang dari luar negeri tetap dilakukan. Menurut dia, hal itu dilakukan atas saran epidemiolog.
Baca juga: Indonesia tak mau kecolongan varian baru COVID-19, kata Wapres
Baca juga: Waspadai pelaku perjalanan dari negara perbatasan
Baca juga: Varian C.1.2 tidak lebih berbahaya dari varian VoI/VoC, sebut Peneliti BRIN
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021