Ciamis, 26/4 (ANTARA) - Seorang warga Kampung Bantar, Desa Sukaraja, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, korban keracunan makanan meninggal dunia di rumahnya, Selasa sekitar pukul 03.00 WIB.

"Tadi pagi jam tiga meninggal di rumahnya, sebelumnya sempat dirawat di Posko," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten ciamis, Dr Dendy.

Korban keracunan meninggal dunia yakni Adit (70), ketika dilaporkan hari pertama Minggu (24/4) sejak bermunculannya korban terserang diare, mual dan muntah.

Korban kemudian dilakukan perawatan dengan diberikan obat di Posko kesehatan Desa setempat, namun merasa sudah sehat meminta pulang dan dirawat jalan.

Petugas medis Posko kesehatan memberi izin kepada korban dengan syarat kepada keluarganya terus memantau, apabila kesehatannya kembali terganggu diminta segera lapor ke Posko.

"Dia ingin pulang, ingin dirawat jalan, kita kasih obat dan disarankan kalau ada apa-apa di hubungi kami, tapi tidak ada laporannya," kata Dendy.

Setelah dilaporkan meninggal dunia, kata Dendy diketahui sebelumnya kondisi kesehatannya sudah dehindrasi berat serta memiliki riwayat sakit jantung.

"Korban memang sudah tua dan ada riwayat jantung juga, ketika Puskesmas Sindangkasih diberitahu korban sudah dalam keadaan dehidrasi berat," katanya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis mencatat Selasa hingga pukul 10.00 WIB jumlah korban sebanyak 122 orang sebagian masih dirawat dan sudah sembuh serta rawat jalan.

Korban yang menjalani perawatan di lokasi penampungan sementara di masjid Jami Al Ihsan sebagai Posko kesehatan sebanyak 102 orang, dirujuk ke rumah sakit sebanyak 17 orang dan sembuh atau pulang tiga orang, dan meninggal dunia satu orang.

Penderita mengeluhkan mual, muntah dan mencret atau diare, upaya yang dilakukan perawatan dan pengobatan, pengambilan sampel, serta pemantauan lokasi.

Selanjutnya sudah diisiagakan 10 unit ambulance, dokter enam orang, perawat 29 orang, serta pasokan obat dan alat kesehatan sudah cukup.

Sementara itu Dinkes belum dapat memastikan keracunan akibat makanan di suatu acara hajatan karena harus menunggu hasil uji laboratorium yang dipastikan dapat diketahui sepekan kedepan.

"Yang jelas ini karena makanan. Makanannya karena apa kita tunggu hasilnya saja nanti karena kalau menurut saya kalau disebabkan dari air yang digunakan warga, tentunya korban akan lebih banyak," kata Dendy.***4***

Feri P

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011