Cirebon, 16/2 (ANTARA) - "Panjang Jimat," prosesi ritual menggambarkan kelahiran Nabi Muhmmad SAW digelar di Keraton Kanoman Cirebon , Rabu malam mulai pukul 21.00 WIB sampai selesai.

"Panjang jimat dalam makna yang sederhana, berarti prosesi iring-iringan orang yang membawa benda-benda pusaka yang menjadi simbol kulturanl dalam momentum hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW," kata Sekretaris Keraton Kanoman RR Arimbi Nurtina ST kepada wartawan di Cirebon, Rabu.

Panjang jimat juga merupakan syiar ditandai dengan simbol verbal benda-benda pusaka yang menegaskan perpaduan makna tradisi dan ajaran Islam.

Dalam prosesi ini , ditampilkan bebagai simbolisasi apa-apa yang dibutuhkan orang dalam proses kelahiran, seperti bidan, air, gunting.

Sementara itu, yang banyak mendapat perhatian pengunjung ketika arak-arakan dipimpin Pangeran Patih PRM Qodiran yang mengenakan Jubah emas tanpa berbicara sepatah kata pun selama dalam prosesi.

"PRM Qodiran memimpin prosesi itu bukan tidak berbuat apa-apa, melainkan berzikir dan bersalawat kepada Nabi Muhmmad SAW," katanya.

Karena itu, lanjutnya, para pengunjung juga pada hakekatnya tidak boleh ada yang bersuara dan mengikuti berzikir dan hendaknya bersalawat seperti yang dilakukan PRM Qodiran.

Mengenai jubah emas yang dikenakan PRM Qodiran, ia mengatakan jubah tersebut sudah duplikat, yang semula dikenakan para Sultan terdahulu. "Sultan yang sekarang yakni Sultan Kanoman XII Raja Muhammad Emirudin bersama undangan hanya melepas arak-arakan Panjang Jimat yang dipimpin PRM Qodiran," katanya.

Arak-arakan tersebut melewati gapura Si Blawong yang tinggi besar dan pintunya hanya dibuka setahun sekali, yakni pada acara Panjang Jimat.

Selanjutnya, arak-arakan tersebut berakhir di Masjid Agung Keraton Kanoman untuk melakukan acara zikir dan salawatan dan berdoa bersama.

Pada "Panjang jimat" itu manusia diajak untuk mencari dan melewati pintu Keselamatan (disimbolkan oleh pintu besar Si Blawong). Sejatinya arti dari pintu Keselamatan itu adalah memeluk agama Islam.

Masyarakat yang hadir pada prosesi "Panjang Jimat" tersebut tampak berbaris rapat di sepanjang arak-arakan dari Langgar Keraton menuju Masjid Agung Keraton Kanoman.

Hadir dalam acara Panjang Jimat itu antara lain, Wagub Jabar Dede Yusuf dan sejumlah undangan lainnya.

Dede Yusuf dalam sambutannya antara lain minta agar keraton menyampaikan pasan damai dan kasih sayang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah.

"Jangan sampai apa yang terjadi di daerah lain terjadi di Cirebon. Tetaplah budaya Islam di Keraton sebagaimana telah diajarkan para wali dan Sultan dalam menyampaikan Islam," katanya.`
Sementara itu, RR Arimbi Nurtina ST mewakili Sultan menyampaikan bahwa Keraton Kanoman senantiasa merawat dan melestarikan ritual setiap sebulan sekali, kebetulan yang paling besar adalah "Pajang Jimat.'
Menurut dia, Keraton Kanoman menggelar acara tersebut bersama masyarakat adat di Cirebon, Majalengka dan Kuningan, Brebes (Jateng) bahkan dari Malaysia.

"Walaupun dengan keterbatasan, kami dengan masyarakat adat selalu menyelenggarakan ritual," katanya.

Dipihak lain, ia mengakui adanya partisipasi dari pemerintah pusat, provinsi dan Kota terhadap kegiatan dan kemajuan Keraton Kanoman, tetapi tampaknya belum maksimal.

"Kami harap bantuan dari pemerintah dimaksimalkan," katanya.





Yasad A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011