Bandung, 6/1 (ANTARA) - "Keramahan" Gedung Sate Kota Bandung berkurang menyusul selalu digemboknya dua pintu gerbang utama kantor Gubernur dan DPRD Jawa Barat itu sehingga mengganggu kenyamanan para tamu dan wisatawan yang berkunjung.
"Dua tahun lalu saat saya berkunjung ke Gedung Sate, pintu gerbangnya terbuka, kami bisa masuk dan menikmati asrinya gedung itu. Hari ini jadi kurang ramah karena tamu harus masuk lewat belakang karena gerbang depannya tertutup rapat," kata Susiana, wisatawan asal Sumatera Utara di kompleks Gedung Sate Bandung, Kamis.
Ia tidak tahu alasan penutupan kedua pintu gerbang utama yang ada di bagian depan Gedung Pemerintahan Pemprov Jabar dan DPRD Jabar itu. Gedung Sate kebetulan berdekatan dengan kawasan Gasibu dan lokasi wisata Museum Geologi.
Tak hanya Susiana yang merasa terganggu dengan pintu gerbang tertutup, sejumlah wisatawan lainnyapun terpaksa hanya bisa berfoto bersama di depan pintu gerbang berwarna hitam itu dengan latar belakang Gedung Sate yang berdiri kokoh di belakangnya.
"Kalo sudah turun di sini males untuk masuk lewat belakang. Gedung Sate memang bukan gedung tempat wisata, namun itu salah satu ciri kunjungan kami ke Bandung," kata Fadli, wisatawan domestik lainnya.
Sementara itu salah seorang petugas Keamanan Dalam (Kamdal) Setda Pemprov Jabar menyebutkan, kebijakan menutup pintu gerbang itu dilakukan biasanya untuk menghindari adanya massa pengunjuk rasa masuk ke dalam kompleks Gedung Sate.
Selain itu juga dalam rangka pengamanan fasilitas dan juga kendaraan di kawasan Gedung Sate Bandung.
"Ada lima pintu akses masuk ke Gedung Sate, dua pintu di bagian belakang, semuanya dibuka dan satu pintu di depan bagian utara," katanya.
Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua DPRD Jabar dan para tamu yang ada urusan ke Pemprov Jabar atau DPRD Jabar itupun lebih banyak masuk melalui pintu belakang dan pintu samping daripada menggunakan pintu gerbang utama.
Selain itu, perangkat "metal detector" juga dipasang di pintu masuk ke dalam Gedung Sate yang merupakan salah satu prosedur pengamanan obyek vital.
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
"Dua tahun lalu saat saya berkunjung ke Gedung Sate, pintu gerbangnya terbuka, kami bisa masuk dan menikmati asrinya gedung itu. Hari ini jadi kurang ramah karena tamu harus masuk lewat belakang karena gerbang depannya tertutup rapat," kata Susiana, wisatawan asal Sumatera Utara di kompleks Gedung Sate Bandung, Kamis.
Ia tidak tahu alasan penutupan kedua pintu gerbang utama yang ada di bagian depan Gedung Pemerintahan Pemprov Jabar dan DPRD Jabar itu. Gedung Sate kebetulan berdekatan dengan kawasan Gasibu dan lokasi wisata Museum Geologi.
Tak hanya Susiana yang merasa terganggu dengan pintu gerbang tertutup, sejumlah wisatawan lainnyapun terpaksa hanya bisa berfoto bersama di depan pintu gerbang berwarna hitam itu dengan latar belakang Gedung Sate yang berdiri kokoh di belakangnya.
"Kalo sudah turun di sini males untuk masuk lewat belakang. Gedung Sate memang bukan gedung tempat wisata, namun itu salah satu ciri kunjungan kami ke Bandung," kata Fadli, wisatawan domestik lainnya.
Sementara itu salah seorang petugas Keamanan Dalam (Kamdal) Setda Pemprov Jabar menyebutkan, kebijakan menutup pintu gerbang itu dilakukan biasanya untuk menghindari adanya massa pengunjuk rasa masuk ke dalam kompleks Gedung Sate.
Selain itu juga dalam rangka pengamanan fasilitas dan juga kendaraan di kawasan Gedung Sate Bandung.
"Ada lima pintu akses masuk ke Gedung Sate, dua pintu di bagian belakang, semuanya dibuka dan satu pintu di depan bagian utara," katanya.
Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua DPRD Jabar dan para tamu yang ada urusan ke Pemprov Jabar atau DPRD Jabar itupun lebih banyak masuk melalui pintu belakang dan pintu samping daripada menggunakan pintu gerbang utama.
Selain itu, perangkat "metal detector" juga dipasang di pintu masuk ke dalam Gedung Sate yang merupakan salah satu prosedur pengamanan obyek vital.
Syarif A
Editor : Irawan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011