Direktur Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia (UI) Ahmad Gamal membagikan tiga kiat agar perusahaan rintisan atau startup dapat dengan tangkas mengembangkan bisnis mereka di tengah semakin banyaknya tantangan dan pemain di industri teknologi.
“Pertama jangan sungkan untuk belajar dari keterbatasan. Dari pengalaman kami membantu startup untuk sukses yaitu mereka selalau belajar dari kesalahan- kesalahan yang sudah ada. Ini menjadi faktor kunci,” kata Gamal dalam sebuah webinar, Rabu.
Kerap kali, saat perusahaan rintisan mengalami kebuntuan pertama banyak yang langsung menyerah dan tidak mencoba untuk mencari solusi dari kesalahan yang dialaminya.
Dengan proses belajar saat tengah mengembangkan teknologi atau program, maka dapat dihasilkan solusi terbaik yang tidak hanya berguna bagi perusahaan rintisan tapi juga untuk masyarakat banyak.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sigit P. Santosa, bahwa di fasilitas- fasilitas inkubasi perusahaan rintisan proses pembelajaran menjadi hal yang ditekankan sebelum akhirnya bisnis mereka bisa berjalan dengan lancar.
“Perusahaan- perusahaan rintisan yang dibantu oleh kami, tentu kami cari yang memiliki potensi bukan hanya untuk yang ingin datang dan pergi saja tapi yang konsisten. Proses belajar juga mengajarkan tidak apa- apa gagal karena itu bukan kesempatan akhir selalu ada cara untuk mencoba kesempatan lain hingga menemukan solusi,” kata Sigit.
Kiat kedua yang bisa digunakan oleh perusahaan rintisan adalah selalu siap menghadirkan inovasi khususnya yang berbasis teknologi.
Tanpa adanya inovasi, sebuah bisnis rintisan akan lebih mudah runtuh dan tidak dapat berkembang dengan baik.
Baik Gamal maupun Sigit sepakat diperlukan selalu adanya perubahan atau transformasi sehingga dapat lebih banyak menjawab kebutuhan banyak orang.
Kiat ketiga adalah rajin melakukan riset dan validasi untuk menghasilkan karya atau solusi yang baik.
Jika sudah memiliki inovasi yang ingin dikembangkan jangan sampai anda lupa untuk melakukan riset dan terus menguji coba hingga mendapatkan hasilnya.
“Startup itu selalu berbasis dari penelitian dan validasi sebelum akhirnya ada di tengah masyarakat. Selalu coba dahulu produk yang dikembangkan. Teliti lagi apakah yang kalian kembangkan dibutuhkan oleh pasar. Jangan lelah melakukan validasi,” kata Gamal.
Dengan ketiga hal itu, perusahaan rintisan dipastikan bisa berjalan dengan baik dan bisa berkembang ke pasar yang lebih luas khususnya jika pengembang bisnis segera mengurus Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) secara resmi.
UI dan ITB adalah dua perguruan tinggi negeri yang memiliki fasilitas inkubasi untuk para perusahaan rintisan mengembangkan idenya sebelum akhirnya dikenalkan kepada masyarakat luas.
Baca juga: Perusahaan rintisan Elbike kenalkan karyanya sepeda motor listrik
Baca juga: MIKTI jawab fenomena kegagalan perusahaan rintisan dengan buku panduan inkubator
Baca juga: Perusahaan rintisan Universitas Indonesia masuk top 52 dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
“Pertama jangan sungkan untuk belajar dari keterbatasan. Dari pengalaman kami membantu startup untuk sukses yaitu mereka selalau belajar dari kesalahan- kesalahan yang sudah ada. Ini menjadi faktor kunci,” kata Gamal dalam sebuah webinar, Rabu.
Kerap kali, saat perusahaan rintisan mengalami kebuntuan pertama banyak yang langsung menyerah dan tidak mencoba untuk mencari solusi dari kesalahan yang dialaminya.
Dengan proses belajar saat tengah mengembangkan teknologi atau program, maka dapat dihasilkan solusi terbaik yang tidak hanya berguna bagi perusahaan rintisan tapi juga untuk masyarakat banyak.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sigit P. Santosa, bahwa di fasilitas- fasilitas inkubasi perusahaan rintisan proses pembelajaran menjadi hal yang ditekankan sebelum akhirnya bisnis mereka bisa berjalan dengan lancar.
“Perusahaan- perusahaan rintisan yang dibantu oleh kami, tentu kami cari yang memiliki potensi bukan hanya untuk yang ingin datang dan pergi saja tapi yang konsisten. Proses belajar juga mengajarkan tidak apa- apa gagal karena itu bukan kesempatan akhir selalu ada cara untuk mencoba kesempatan lain hingga menemukan solusi,” kata Sigit.
Kiat kedua yang bisa digunakan oleh perusahaan rintisan adalah selalu siap menghadirkan inovasi khususnya yang berbasis teknologi.
Tanpa adanya inovasi, sebuah bisnis rintisan akan lebih mudah runtuh dan tidak dapat berkembang dengan baik.
Baik Gamal maupun Sigit sepakat diperlukan selalu adanya perubahan atau transformasi sehingga dapat lebih banyak menjawab kebutuhan banyak orang.
Kiat ketiga adalah rajin melakukan riset dan validasi untuk menghasilkan karya atau solusi yang baik.
Jika sudah memiliki inovasi yang ingin dikembangkan jangan sampai anda lupa untuk melakukan riset dan terus menguji coba hingga mendapatkan hasilnya.
“Startup itu selalu berbasis dari penelitian dan validasi sebelum akhirnya ada di tengah masyarakat. Selalu coba dahulu produk yang dikembangkan. Teliti lagi apakah yang kalian kembangkan dibutuhkan oleh pasar. Jangan lelah melakukan validasi,” kata Gamal.
Dengan ketiga hal itu, perusahaan rintisan dipastikan bisa berjalan dengan baik dan bisa berkembang ke pasar yang lebih luas khususnya jika pengembang bisnis segera mengurus Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) secara resmi.
UI dan ITB adalah dua perguruan tinggi negeri yang memiliki fasilitas inkubasi untuk para perusahaan rintisan mengembangkan idenya sebelum akhirnya dikenalkan kepada masyarakat luas.
Baca juga: Perusahaan rintisan Elbike kenalkan karyanya sepeda motor listrik
Baca juga: MIKTI jawab fenomena kegagalan perusahaan rintisan dengan buku panduan inkubator
Baca juga: Perusahaan rintisan Universitas Indonesia masuk top 52 dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021