Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian memberikan subsidi biaya distribusi kedelai dari produsen ke wilayah perajin tahu dan tempe untuk membantu meringankan biaya produksi saat harga komoditas kedelai yang meningkat beberapa waktu terakhir.

Kepala BKP Agung Hendriadi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan upaya ini merupakan bagian dari strategi menekan kenaikan harga kedelai di tingkat perajin agar harga tempe dan tahu tetap terjangkau oleh masyarakat.

Kenaikan harga kedelai beberapa waktu terakhir disebut sempat membuat produsen tahu tempe kelimpungan. Kenaikan harga kedelai tersebut akan berdampak pada biaya produksi yang pada akhirnya kenaikan harga di tingkat konsumen tidak bisa dihindari.

Melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, BKP Kementan membantu kelancaran pasokan kedelai ke perajin tahu tempe tengah diupayakan. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Agus Wariyanto mengatakan dana distribusi pangan yang dialokasikan melalui dana dekonsentrasi digunakan untuk membantu kelancaran pasokan kedelai yang akhir-akhir ini mengalami kenaikan harga.

"Langkah ini dilakukan sebagai tekad pemerintah dan upaya menstabilkan pasokan dan harga kedelai di Jawa Tengah secara berkesinambungan," ujar Agus.

Ditambahkannya, pemenuhan pasokan kedelai melalui Primkopti (Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) Harum Weleri sebagai langkah jaminan ketersediaan kedelai bagi perajin tempe dan tahu di Kendal, agar tetap bisa berproduksi. Dinas Pangan Jawa Tengah membantu mendistribusikan sekitar 200 ton kedelai dari petani ke perajin tempe dan tahu di Kabupaten Kendal.

Sementara itu, Ketua Primkopti Harum Weleri Kabupaten Kendal Rifai mengatakan kebutuhan kedelai di Kabupaten Kendal sekitar 1.000 ton per tahun, namun Primkopti hanya mampu memenuhi separuhnya.

"Sebagian kebutuhan kedelai di Kendal dipenuhi dari impor. Dengan kenaikan harga kedelai impor saat ini, hampir Rp11.000 per kg, para perajin memilih mengurangi ukuran tahu dan tempe dari pada menaikkan harga," katanya.

Perajin tahu dari Weleri Muhamad Irfan mengatakan ketika harga kedelai masih di kisaran Rp7.000 per kg, perajin bisa memproduksi tahu maupun tempe hingga satu kuintal. Namun, saat harga kedelai melonjak naik, banyak yang mengurangi produksi dan terpaksa mengurangi ukuran tahu maupun tempe.

Kebutuhan kedelai di Jawa Tengah antara 420.000 ton sampai 450.000 ton per tahun, namun hingga saat ini kebutuhan tersebut masih belum terpenuhi sepenuhnya dari produksi dalam negeri.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong produktivitas dan perluasan lahan kedelai agar kebutuhan kedelai dapat terpenuhi secara mandiri.

Mentan berharap kerja sama dengan pemerintah daerah serta pemangku kepentingan terkait sangat penting dan upaya peningkatan produksi terus bisa dilakukan sehingga ketergantungan importasi dapat ditekan.

Baca juga: Kemendag harap perajin tahu dan tempe kembali bergairah produksi

Baca juga: Pemkot Bandung pastikan stok kacang kedelai aman

Baca juga: Produsen tahu-tempe di Bandung diharapkan tak mogok produksi

Pewarta: Aditya Ramadhan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021