Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi proses produksi alat kesehatan kreasi dalam negeri PT PHC Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cikarang, Jawa Barat dengan berbasis teknologi Jepang.
"Tidak heran sebagian besar produknya berhasil dipasarkan ke berbagai negara. Ini patut mendapat apresiasi," kata Menkes saat meninjau pabrik di Cikarang, Kamis.
Budi mengatakan pabrik ini mampu memproduksi berbagai alat kesehatan termasuk yang terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 seperti ventilator bersertifikat internasional, Vent-I Essential 3.5.
Kemudian lemari pendingin untuk penyimpanan vaksin berupa serangkaian peralatan pembeku biomedis dan pendingin farmasi yang dapat menyimpan vaksin dalam suhu -20 hingga -30 derajat Celcius.
"Ini yang saat ini sangat dibutuhkan, termasuk alat ukur gula darah karena kita butuh lebih banyak screning dan testing. Kemarin di Kudus dan Bangkalan lagi meledak, itu masing-masing kita kirim 30 unit produksi dalam negeri, itu pun sudah habis, barangnya sudah tidak ada," ucapnya.
Pemerintah akan terus berupaya mendorong produsen alat kesehatan dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk impor mengingat produk-produk ini mampu bersaing secara kualitas.
"Kita semua tentu berharap pandemi COVID-19 ini segera berakhir, kita akan optimalkan semua upaya termasuk pemenuhan kebutuhan alat kesehatan agar ikhtiar kita melalui pelacakan kasus, pemeriksaan, dan penapisan berikut treatment berjalan maksimal pula," katanya. Direktur PHC Indonesia Dewanto Hari Sulaksono mengatakan ventilator Vent-I Esential 3.5 merupakan kreasi hasil kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung. Alat ini diklaim efektif dan banyak dibutuhkan dalam menangani pasien COVID-19 fase kedua yaitu pasien yang masih bisa bernafas secara mandiri namun saturasi oksigennya di bawah 50 persen.
"Ventilator ini mampu meningkatkan oksigen pasien ke level yang cukup, yaitu di atas 50 persen secara terus-menerus dengan tekanan terukur (5-15cmH2O)," katanya.
Sebagai pelaku industri alat kesehatan yang 85 persen produknya terjual di pasar luar negeri, kerja sama ini mampu menekan harga ventilator jauh lebih murah dari harga barang impor sebesar Rp180-Rp230 juta menjadi Rp60 juta.
"Ini terjadi karena sebagian besar yaitu sekitar 60 persen dari komponen Ventilator CPAP Vent-I menggunakan produk lokal," ungkapnya.
Dewanto mengaku secara kualitas ventilator ini tidak kalah dengan produk impor karena mampu memenuhi standar internasional yaitu International Electronical Commission (IEC 60601) dan standar persyaratan ventilator (IEC80601), serta standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN55011-CISPR 11.
"Ventilator CPAP Vent-I yang lounching sejak akhir Januari 2021 saat ini sudah memasuki produksi massal oleh PT. PHC Indonesia. Kami menggandeng PT Gobel Dharma Nusantara sebagai distributor dan layanan purna jual," kata dia.
Baca juga: Menkes perkirakan puncak kenaikan kasus COVID-19 akhir Juni 2021
Baca juga: Pemerintah prediksikan peningkatan kasus COVID-19 terjadi hingga Juli
Baca juga: Menkes: Total 2,8 juta lansia telah divaksinasi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Tidak heran sebagian besar produknya berhasil dipasarkan ke berbagai negara. Ini patut mendapat apresiasi," kata Menkes saat meninjau pabrik di Cikarang, Kamis.
Budi mengatakan pabrik ini mampu memproduksi berbagai alat kesehatan termasuk yang terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 seperti ventilator bersertifikat internasional, Vent-I Essential 3.5.
Kemudian lemari pendingin untuk penyimpanan vaksin berupa serangkaian peralatan pembeku biomedis dan pendingin farmasi yang dapat menyimpan vaksin dalam suhu -20 hingga -30 derajat Celcius.
"Ini yang saat ini sangat dibutuhkan, termasuk alat ukur gula darah karena kita butuh lebih banyak screning dan testing. Kemarin di Kudus dan Bangkalan lagi meledak, itu masing-masing kita kirim 30 unit produksi dalam negeri, itu pun sudah habis, barangnya sudah tidak ada," ucapnya.
Pemerintah akan terus berupaya mendorong produsen alat kesehatan dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk impor mengingat produk-produk ini mampu bersaing secara kualitas.
"Kita semua tentu berharap pandemi COVID-19 ini segera berakhir, kita akan optimalkan semua upaya termasuk pemenuhan kebutuhan alat kesehatan agar ikhtiar kita melalui pelacakan kasus, pemeriksaan, dan penapisan berikut treatment berjalan maksimal pula," katanya. Direktur PHC Indonesia Dewanto Hari Sulaksono mengatakan ventilator Vent-I Esential 3.5 merupakan kreasi hasil kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung. Alat ini diklaim efektif dan banyak dibutuhkan dalam menangani pasien COVID-19 fase kedua yaitu pasien yang masih bisa bernafas secara mandiri namun saturasi oksigennya di bawah 50 persen.
"Ventilator ini mampu meningkatkan oksigen pasien ke level yang cukup, yaitu di atas 50 persen secara terus-menerus dengan tekanan terukur (5-15cmH2O)," katanya.
Sebagai pelaku industri alat kesehatan yang 85 persen produknya terjual di pasar luar negeri, kerja sama ini mampu menekan harga ventilator jauh lebih murah dari harga barang impor sebesar Rp180-Rp230 juta menjadi Rp60 juta.
"Ini terjadi karena sebagian besar yaitu sekitar 60 persen dari komponen Ventilator CPAP Vent-I menggunakan produk lokal," ungkapnya.
Dewanto mengaku secara kualitas ventilator ini tidak kalah dengan produk impor karena mampu memenuhi standar internasional yaitu International Electronical Commission (IEC 60601) dan standar persyaratan ventilator (IEC80601), serta standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN55011-CISPR 11.
"Ventilator CPAP Vent-I yang lounching sejak akhir Januari 2021 saat ini sudah memasuki produksi massal oleh PT. PHC Indonesia. Kami menggandeng PT Gobel Dharma Nusantara sebagai distributor dan layanan purna jual," kata dia.
Baca juga: Menkes perkirakan puncak kenaikan kasus COVID-19 akhir Juni 2021
Baca juga: Pemerintah prediksikan peningkatan kasus COVID-19 terjadi hingga Juli
Baca juga: Menkes: Total 2,8 juta lansia telah divaksinasi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021