Institut Pertanian Bogor (IPB) University menilai pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 di Indonesia membuat generasi milenial tertarik mengelola bisnis peternakan karena dianggap menguntungkan.
"Bisnis peternakan di kalangan generasi milenial semakin berkembang dan menjadi peluang bisnis yang sangat diminati karena menguntungkan," ujar Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Luki Abdullah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Waktu luang di rumah yang banyak dan melihat market pasar yang luas membuat generasi milenial tergerak untuk melakukan usaha produktif baik di sektor peternakan maupun perkebunan.
Kendati demikian, Luki mengatakan perlu adanya kolaborasi antara teknologi dengan masyarakat untuk meningkatkan inovasi bisnis tersebut salah satunya di sektor pakan hijauan.
"Alasan kenapa ada fakultas peternakan di Indonesia itu karena beternak bukan hanya sekadar memelihara hewan ternak saja, tetapi beternak itu harus menjadi bisnis yang untung dan efisien," kata dia.
Sementara itu, alumni IPB University yang juga pelaku wirausaha di bidang pakar hijauan Diervoeder Agro Ida Saidah mengatakan ketertarikan generasi muda untuk melakukan kerja produktif mesti terus didorong.
Sebab, permasalahan utama peternakan maupun pertanian di Indonesia adalah petaninya yang berusia tua dan minim teknologi. Dengan begitu, diperlukan strategi agar peternakan/pertanian menjadi bisnis yang menguntungkan dan efisien.
"Strategi pemenuhan hijauan pakan yaitu eksplorasi hijauan pakan lokal, pemetaan daerah sentra hijauan pakan, dan mendorong sektor hulu peternakan melalui penerapan dan investasi teknologi," kata dia.
Sementara itu, Director/Kepala Perwakilan International Fund for Food and Agriculture (IFAD) Indonesia Ivan Cossio Cortez menilai Indonesia memerlukan lebih banyak agripreneur dan petani milenial sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
Menurutnya, menjadi penting membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif.
"Harapannya masyarakat pedesaan khususnya petani dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan," kata dia.
Di samping itu, sinergi program antar Kementerian/Lembaga (K/L) memiliki peran strategis dalam meningkatkan inklusi keuangan bagi petani milenial maupun pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) agar dapat mengembangkan usahanya.
"Sinergi dan kolaborasi program melalui digitalisasi pada ekosistem pertanian dapat mengangkat harkat hidup dan tingkat ekonomi petani serta memudahkan pengembangan layanan pertanian secara terpadu," kata Asisten Deputi Keuangan Inklusif dan Keuangan Syariah Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Erdiriyo.
Baca juga: Kagum teknologi pertanian IPB, Gus Jazil ajak milenial bertani
Baca juga: Tekad Brainy petani milenial kembangkan peternakan puyuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Bisnis peternakan di kalangan generasi milenial semakin berkembang dan menjadi peluang bisnis yang sangat diminati karena menguntungkan," ujar Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Luki Abdullah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Waktu luang di rumah yang banyak dan melihat market pasar yang luas membuat generasi milenial tergerak untuk melakukan usaha produktif baik di sektor peternakan maupun perkebunan.
Kendati demikian, Luki mengatakan perlu adanya kolaborasi antara teknologi dengan masyarakat untuk meningkatkan inovasi bisnis tersebut salah satunya di sektor pakan hijauan.
"Alasan kenapa ada fakultas peternakan di Indonesia itu karena beternak bukan hanya sekadar memelihara hewan ternak saja, tetapi beternak itu harus menjadi bisnis yang untung dan efisien," kata dia.
Sementara itu, alumni IPB University yang juga pelaku wirausaha di bidang pakar hijauan Diervoeder Agro Ida Saidah mengatakan ketertarikan generasi muda untuk melakukan kerja produktif mesti terus didorong.
Sebab, permasalahan utama peternakan maupun pertanian di Indonesia adalah petaninya yang berusia tua dan minim teknologi. Dengan begitu, diperlukan strategi agar peternakan/pertanian menjadi bisnis yang menguntungkan dan efisien.
"Strategi pemenuhan hijauan pakan yaitu eksplorasi hijauan pakan lokal, pemetaan daerah sentra hijauan pakan, dan mendorong sektor hulu peternakan melalui penerapan dan investasi teknologi," kata dia.
Sementara itu, Director/Kepala Perwakilan International Fund for Food and Agriculture (IFAD) Indonesia Ivan Cossio Cortez menilai Indonesia memerlukan lebih banyak agripreneur dan petani milenial sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
Menurutnya, menjadi penting membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif.
"Harapannya masyarakat pedesaan khususnya petani dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan," kata dia.
Di samping itu, sinergi program antar Kementerian/Lembaga (K/L) memiliki peran strategis dalam meningkatkan inklusi keuangan bagi petani milenial maupun pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) agar dapat mengembangkan usahanya.
"Sinergi dan kolaborasi program melalui digitalisasi pada ekosistem pertanian dapat mengangkat harkat hidup dan tingkat ekonomi petani serta memudahkan pengembangan layanan pertanian secara terpadu," kata Asisten Deputi Keuangan Inklusif dan Keuangan Syariah Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Erdiriyo.
Baca juga: Kagum teknologi pertanian IPB, Gus Jazil ajak milenial bertani
Baca juga: Tekad Brainy petani milenial kembangkan peternakan puyuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021