Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) University Hardinsyah menyebutkan berpuasa baik puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa Senin-Kamis, puasa Syawal maupun puasa sunnah lainnya dapat meningkatkan imunitas sehingga tubuh tak mudah terserang penyakit.
"Kajian-kajian puasa akhir-akhir ini mengungkap bahwa puasa mampu meningkatkan bakteri baik dan menurunkan bakteri tidak baik pada tubuh. Ini secara tidak langsung meningkatkan imunitas," ujar Hardinsyah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Secara medis, ia menjelaskan bahwa proses peningkatan imunitas tubuh bisa melalui pemenuhan kebutuhan lauk paik, sayur, dan buah yang mengandung asam amino, vitamin B, D, A, mineral zink, besi dan magnesium.
Sementara ketika puasa, salah satu manfaat uniknya yakni bila tubuh puasa dengan kondisi defisit energi minimal selama sekitar 12 jam berkali-kali, maka akan terjadi autofagi.
Autofagi berarti sel-sel fagasom diaktifkan untuk menangkap, memakan, dan menghancurkan sel-sel yang tidak aktif, yang loyo, dan berusia lanjut.
"Dalam ilmu imunitas dan mikrobiologi juga dikenal proses seperti autofagi yang disebut dengan senofagi (xenophagy). Xeno itu artinya asing, dan phagy memakan. Jadi senofagi adalah proses sel-sel imunitas mirip fagasom seperti makrofah menangkap dan menghancurkan benda-benda asing atau patogen yang masuk ke dalam tubuh," kata dia.
Menurut Guru Besar IPB University itu selama berpuasa dengan baik dan benar disertai defisit sekitar 10-30 persen energi, aktivitas autofagi dan senofagi meningkat pesat dan tubuh semakin mengalami detoks atau pembersihan.
Kemudian dalam kondisi puasa selang beberapa hari, tubuh semakin bersih dari sel dan molekul tidak berguna dan patogen sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi sel dan molekul yang diperlukan tubuh termasuk sel-sel imunitas tubuh.
Ia juga mengulas bahwa peningkatan imunitas dengan berpuasa dapat diperoleh tidak hanya melalui jalur autofagi, senofagi, dan regenerasi sel, namun juga bisa melalui jalur mikrobiota baik atau probiotik serta jalur kendali stres.
"Kita tahu bakteri baik meningkatkan imunitas kita. Karena banyak kajian menunjukkan jika bakteri baik dominan maka imunitas akan meningkat. Juga dengan berpuasa kita bisa mengendalikan stres sehingga imunitas semakin optimal," kata dia.
Baca juga: Pakar Gizi: Hindari makan gorengan untuk berbuka puasa
Baca juga: Memilih nutrisi tepat untuk sahur dan buka, apa saja?
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Kajian-kajian puasa akhir-akhir ini mengungkap bahwa puasa mampu meningkatkan bakteri baik dan menurunkan bakteri tidak baik pada tubuh. Ini secara tidak langsung meningkatkan imunitas," ujar Hardinsyah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Secara medis, ia menjelaskan bahwa proses peningkatan imunitas tubuh bisa melalui pemenuhan kebutuhan lauk paik, sayur, dan buah yang mengandung asam amino, vitamin B, D, A, mineral zink, besi dan magnesium.
Sementara ketika puasa, salah satu manfaat uniknya yakni bila tubuh puasa dengan kondisi defisit energi minimal selama sekitar 12 jam berkali-kali, maka akan terjadi autofagi.
Autofagi berarti sel-sel fagasom diaktifkan untuk menangkap, memakan, dan menghancurkan sel-sel yang tidak aktif, yang loyo, dan berusia lanjut.
"Dalam ilmu imunitas dan mikrobiologi juga dikenal proses seperti autofagi yang disebut dengan senofagi (xenophagy). Xeno itu artinya asing, dan phagy memakan. Jadi senofagi adalah proses sel-sel imunitas mirip fagasom seperti makrofah menangkap dan menghancurkan benda-benda asing atau patogen yang masuk ke dalam tubuh," kata dia.
Menurut Guru Besar IPB University itu selama berpuasa dengan baik dan benar disertai defisit sekitar 10-30 persen energi, aktivitas autofagi dan senofagi meningkat pesat dan tubuh semakin mengalami detoks atau pembersihan.
Kemudian dalam kondisi puasa selang beberapa hari, tubuh semakin bersih dari sel dan molekul tidak berguna dan patogen sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi sel dan molekul yang diperlukan tubuh termasuk sel-sel imunitas tubuh.
Ia juga mengulas bahwa peningkatan imunitas dengan berpuasa dapat diperoleh tidak hanya melalui jalur autofagi, senofagi, dan regenerasi sel, namun juga bisa melalui jalur mikrobiota baik atau probiotik serta jalur kendali stres.
"Kita tahu bakteri baik meningkatkan imunitas kita. Karena banyak kajian menunjukkan jika bakteri baik dominan maka imunitas akan meningkat. Juga dengan berpuasa kita bisa mengendalikan stres sehingga imunitas semakin optimal," kata dia.
Baca juga: Pakar Gizi: Hindari makan gorengan untuk berbuka puasa
Baca juga: Memilih nutrisi tepat untuk sahur dan buka, apa saja?
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021