Karawang, 4/8 (ANTARA) - Para santri dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren At-Tarbiyah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, panen perdana tanaman cabai bersama Bupati Karawang, Dadang S Muchtar, Rabu.

Ketua Budidaya Cabai Pondok Pesantren At Tarbiyah, Uyan Ruhiyat, mengatakan, hasil panen perdana tersebut tidak mencapai 100 persen, karena cuaca yang ekstrim.

Atas hal tersebut, hasil panen perdananya dinilai kurang begitu memuaskan.

"Dari 12.000 benih yang ditanam, yang mampu bertahan hingga masa panen mencapai 80 persen," kata Uyan, disela panen perdana cabai bersama bupati, di Karawang, Rabu.

Dikatakannya, tanaman cabai yang dipanen itu merupakan hasil budidaya para santri pondok pesantren bersama masyarakat Desa Ciwulan, Kecamatan Telagasari, Karawang.

Budidaya cabai di Pondok Pesantren At-Tarbiyah itu sudah berlangsung sejak 2009, setelah pondok pesantren itu menerima bantuan dari Kementerian Pertanian sebesar Rp70 juta.

"Budidaya cabai dilakukan diatas tanah seluas 8.000 hektare, dengan menggunakan varietas bibit cabai gada I," kata Uyan.

Sementara itu, Bupati Karawang, Dadang S Muchtar, mengatakan, kegiatan budidaya cabai itu merupakan salah satu bentuk program ekonomi kerakyatan yang akan terus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. Karena program ekonomi kerakyatan masih menjadi salah satu tugas pemerintah daerah.

Ia menilai, masyarakat Karawang saat ini belum mampu memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan di sekitarnya. Dalam bidang pertanian, salah satunya mengenai pola tanam.

Usai panen musim gadu, banyak masyarakat Karawang yang tidak memanfaatkan areal persawahan atau hanya berdiam sambil menunggu musim tanam berikutnya.

"Padahal jika menggunakan pola tanam padi-padi-palawija, jeda waktu itu bisa dimanfaatkan, seperti dengan cabai," katanya.

Dikatakannya, hanya sebagian masyarakat yang mau memanfaatkan potensi-potensi yang ada. Di Cilamaya misalnya, jeda waktu tersebut dimanfaatkan dengan menanam kembang kol, yang bisa menghasilkan keuntungan.

"Dengan modal sebesar Rp33 juta untuk satu hektare, pada akhirnya bisa menjual kembang kol hingga lebih dari Rp100 juta, dengan harga kembang kol mencapai Rp5.000 per kilogram," katanya.

Ali Khumaini

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010