Indramayu, 8/7 (ANTARA) - Budi daya itik entok (tiktok) mulai dikembangkan oleh sejumlah peternak bebek tradisional yang berada di wilayah Kabupaten Indramayu, Jabar.

Sentra pemeliharaannya tersebar diberbagai, yakni Desa Tambak, Amis, Cikedung, Loyang, hingga perbatasan Subang, kata Umar Alamsyah Kepala Desa Amis kepada wartawan di Indramayu, Kamis.

Dia mengatakan, peternakan bebek maupun kambing dan sapi terus dikembangkan di desanya. Namun saat musim hujan tiba ada sejumlah peternak bebek mencoba mengembangkan itik entok, persilangan unggas tersebut menghasilkan tiktok dimana dagingnya sangat diminati baik di Indramayu juga keluar daerah seperti Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.

"Pemerintah desa mendukung pengembangan tiktok, supaya penghasilan peternak meningkat, selain menjadi petani handal warga
sekitar mampu beternak secara menguntungkan. Desa Amis memiliki dataran luas cocok untuk pengembangan peternakan," jelasnya.

Sementara itu Taryono(45) salah seorang peternak bebek yang mencoba mengembangkan tiktok mengaku, baru satu tahun membesarkan
tiktok, hasilnya cukup menggiurkan, selain mudah dijual harga daging tiktok cukup tinggi karena permintaan semakin meningkat sedangkan
pasokan masih terbatas.

"Usaha pengembangan tiktok masih potensial dengan melihat peluang pasar yang terbuka ,selain itu tiktok memiliki keunggulan lebih cepat besar bila dibandingkan bebek biasa," katanya.

"Pembesaran tiktok tepat pada saat musim hujan karena persediaan air di sepanjang aliran sungai, tiktok senang hidup pada
genangan air, selain banyak sumber makanan dialiran air tersebut, tiktok terlihat sehat dan tidak stres berbeda kalau dibesarkan di dalam kandang sering terkena penyakit juga pertumbuhannya lambat," ungkapnya.

"Pembesaran tiktok mudah dan ekonomis dengan mendirikan kandang sederhana di sepanjang bantaran kali, ditambah pakan
yang seimbang tiktok tersebut hanya memerlukan waktu tujuh bulan sudah bisa dijual. Namun pada usia tujuh bulan tersebut dagingnya belum maksimal, tapi permintaan dari rumah makan tiktok muda antara usia enam hingga delapan bulan cukup tinggi," katanya.

Rasiem (60) pemilik rumah makan pedesan entok di pertigaan Larangan mengaku, daging tiktok lebih gurih bila dibandingkan dengan daging entok sehingga pelanggan yang sudah menikmati rasa dagingnya pasti ketagihan, sehingga dirinya terpaksa menyediakan daging tiktok tersebut untuk memenuhi pemintaan pelanggan.

"Rasa daging tiktok kenyal dan padat selain itu bau amis pada tiktok lebih rendah bila dibandingkan dengan entok, namun hambatannya saat ini pasokan daging tiktok masih terbatas, mungkin kedepan peternak bisa berhasil mengembangkan pembesaran daging tiktok sehingga pasokan mudah dan murah," katanya.

Pelanggan rumah makan pedesan entog, Rudi(34)menuturkan, pertama kali mencoba daging tiktok rasanya mirip dengan daging entok namun ada perbedaan bau amis tiktok tidak terasa, selain itu serat daging lebih halus sehingga empuk.

"Rasa daging tiktok ada perpaduan antara rasa daging bebek dengan entok, sekali mencoba daging tiktok pasti terus ketagihan, saat ini di rumah makan pedesan entog daerah Indramayu persediaan daging tiktok masih terbatas," ujarnya.***2****

Enjang S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010