Doktor Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Ambarsari Dwi Cahyani melakukan penelitian faktor yang mempengaruhi tentang ketimpangan energi, atau perbedaan distribusi energi satu daerah dengan daerah lain.

"Metode ini dipilih karena tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam menganalisis data distribusi energi yang tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya," ujar Dwi dalam keterangannya, Sabtu.

Dalam pengukuran distribusi penggunaan listrik, Dwi Cahyani menggunakan metode regresi kuantil, yaitu sebuah metode untuk mencari kondisi rata-rata dari suatu data yang distribusinya tidak homogen dan tidak simetris.

Pengukuran ketimpangan energi ini mempertimbangkan dimensi spasial dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan penggunaan energi modern secara nasional memang menurun, tetapi ketimpangan meningkat di perkotaan, kelompok pendapatan tinggi, serta di beberapa provinsi tertentu.

Dari hasil penelitian ini, Dwi Cahyani juga menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi distribusi penggunaan listrik adalah pendapatan, harga listrik, gender, tingkat pendidikan, status bekerja, jumlah anggota usia lanjut, status rumah, peralatan listrik, dan daya terpasang.

Faktor yang pengaruhnya berbeda di antara perkotaan dan pedesaan adalah pendapatan, tingkat pendidikan, status bekerja, dan rumah, sedangkan faktor yang memengaruhi distribusi penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah pendapatan, harga, gender, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status rumah. Semua faktor tersebut berkorelasi secara berbeda antara perkotaan dan pedesaan.

"Penelitian ini pada dasarnya berusaha mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan publik yang seimbang, yaitu kebijakan untuk mengatasi kekurangan energi di satu sisi dan di sisi lain mendorong penghematan energi," ujar Dwi.

Menurutnya, dalam hal permasalahan pasokan energi, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk mengenali kelompok yang rentan menjadi “miskin-energi”, diantaranya adalah rumah tangga berpenghasilan rendah, berpendidikan rendah, kepala rumah tangga wanita, dan pekerja mandiri di pedesaan.

"Program listrik seperti program tenaga surya hemat energi perlu dilanjutkan selain mendorong penggunaan energi lokal," katanya.

Dalam hal pasokan energi domestik, program penggunaan tungku bersih murah perlu dipertimbangkan untuk dijalankan kembali. Selain itu, peningkatan rasio elektrifikasi serta distribusi LPG perlu terus didorong terutama di daerah terpencil, pedesaan, dan wilayah timur Indonesia.

"Untuk penghematan energi, pendidikan tentang pentingnya hemat energi perlu menyasar pada rumah tangga pengguna listrik yang tinggi, yaitu rumah tangga dengan tingkat pendidikan menengah dan universitas, terutama di perkotaan pada provinsi-provinsi di Sumatra, Jakarta, dan Kalimantan," ujarnya.

Dwi Cahyani meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Measuring Index of Residential Energy Usage Inequality and Analyzing Factors Influencing The Inequality Using Quantile Regression: Indonesia Case Study.”

Usai sidang terbuka promosi doktor, Ambarsari Dwi Cahyani ditetapkan menjadi doktor ke-119 dalam Bidang Ilmu Ekonomi dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

Baca juga: Doktor Psikologi UI teliti interaksi Ibu-Anak 'down syndrome'

Baca juga: UI jalin kerja sama dengan Mustika Ratu bidang penelitian

Baca juga: Akademisi UI riset terkait minat beli masyarakat di masa pandemi

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021