Pemkab Cianjur, Jawa Barat, melakukan pendataan dan pelatihan terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di tingkat desa yang menjadi sentra produksi unggulan sebagai upaya mengembalikan roda perekonomian selama pademi COVID-19 melalui program 10.000 UMKM.

"Setelah pandemi usai dan pemulihan ekonomi dilakukan, kami akan segera melakukan pelatihan hingga promosi produk unggulan, sebagai upaya percepatan peningkatan perekonomian di Cianjur, termasuk menjalin kerjasama dengan penyedia jasa pariwisata," kata Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, Tohari Sastra di Cianjur, Jumat.

Bahkan program promosi produk unggulan UMKM yang sudah terdata tersebut, nantinya akan dipromosikan hingga tinggal nasional sebagai upaya menunjang rencana Bupati Cianjur, menciptakan puluhan ribu UMKM serta produk unggulan yang akan mengisi berbagai pasar ritel di tingkat lokal hingga nasional, sebagai upaya memulihkan kembali perekonomian.

"Untuk saat ini, berbagai sektor sudah siap untuk menjalin kerjasama mulai dari hotel hingga pasar moderen, mereka juga akan membantu mempromosikan hingga memasarkan berbagai produk unggulan asli Cianjur, seperti gula semut, gula merah dan kopi," katanya.

Bupati Cianjur, Herman Suherman menilai dampak pandemi membuat roda perekonomian di wilayah tersebut terpuruk, sehingga menyebakan angka kemiskinan meningkat dari 0.74 menjadi 1.38, dimana Cianjur masuk dalam posisi kedua tertinggi indeks kemiskinan yang terjadi selama pandemi di Jawa Barat.

"Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan kondisi ekonomi yang sulit menjadi faktor utama, ditambah pandemi COVID-19 berdampak besar pada peningkatan ekonomi, sehingga indeks kemiskinan naik. Tidak hanya Cianjur, ini juga melanda seluruh wilayah di Indonesia," katanya.

Perekonomian semakin terpuruk dengan banyaknya masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga pendapatan menjadi berkurang termasuk daya beli yang terus menurun. Hal tersebut diperparah dengan IPM Cianjur yang berada di peringkat terakhir di Jabar dengan angka 65,38 persen.

"Ini menjadi salah satu faktor yang membuat indeks kemiskinan naik karena IPM rendah, sehingga setelah usai pandemi, pemerintah daerah akan mengenjot kembali IPM agar roda perekonomian kembali pulih dan meningkat melalui berbagai program," katanya.

Ia menambahkan, setelah pandemi usai, pihaknya akan menggencarkan berbagai program yang menyentuh langsung masyarakat seperti pengembangan usaha mikro kecil menengah, pengembangan obyek wisata baru, hingga mengadakan berbagai kegiatan ekonomi yang dapat mengundang investasi berskala nasional.

"Saat ini, kita masih fokus terhadap kesehatan masyarakat yang lebih utama, untuk mengembalikan perekonomian agar lebih meningkat, berbagai program telah kitaa siapkan termasuk melibatkan masyarakat di dalamnya dengan menciptakan 10.000 UMKM unggulan," kata Herman.

Baca juga: Diskoperindag Cianjur dorong pemulihan ekonomi bagi UMKN selama pandemi

Baca juga: Koperasi Paguyuban Pasundan di Cianjur didorong jadi "rumah besar" UMKM Jabar

Baca juga: Pemkab Cianjur berikan bantuan modal untuk pelaku UMKM

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021