Garut, 5/4 (ANTARA) - Rendahnya upah buruh tani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang selama ini rata-rata hanya Rp20 ribu per hari, dinilai bisa menghambat peningkatan produktivitas beras padi sawah dan gogo.
Padahal potensi produktivitas padi di daerah tersebut, bisa mencapai 9 ton per hektare serta padi gogo 6 ton per hektare, ungkap Kepala Bidang Padi dan Palawija pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Garut, Ir Abdurachim, Senin.
Didampingi Kasi Saralia (kacang-kacangan)Ir Dudung Sumirat, Abdurachim mengemukakan, dari potensi 9 ton padi per hektare itu, pada tahun 2010 ini hanya bisa menargetkan sasaran produktivitas 7,2 ton per hektare atau meningkat 0,6 ton/ hektare, dibandingkan sasaran produktivitas tahun sebelumnya 6,6 ton/hektare.
Sedangkan dari potensi 6 ton/ hektare produktivitas jenis padi gogo, tahun ini sasaran yang ditargetkannya 3,9 ton per hektare, meski di tahun-tahun mendatang akan terus ditingkatkan hingga mencapai potensi produktivitasnya dengan berbagai upaya dan sentuhan pengembangan teknologi pertanian, katanya.
Pada areal sawah seluas 51.111 hektare dengan luas tanamnya 106.000 hektare/tahun, dikelola 65 persen dari 2.345.108 jiwa penduduknya sebagai petani, namun 70 persen petani Garut berkondisi "gurem" termasuk sebagai buruh tani.
Sebagian besar buruh tani dengan upah yang rendah ini, mengakibatkan rasa memiliki mereka terhadap lahan yang digarapnya relatif kurang, karena produktivitas tinggi pun tak akan dengan sendirinya bisa meningkatkan upah mereka.
Sehingga meski produktivitas mengalami peningkatan setinggi apapun, nilai upah mereka tidak berubah meski mereka pun sebagian besar mengetahui seluk beluk penerapan pengembangan teknologi pertanian, ungkap Abdurachim.
Bahkan kerap terjadi, saran dari kalangan buruh tani untuk menerapkan pengembangan teknologi malahan ditolak oleh pihak pemilik sawah, menyebabkan kalangan buruh petani mengikutinya akibat takut kehilangan lapangan pekerjaan, kendati dengan penghasilan yang sangat pas-pasan.
Sementara itu, saat ini pun diselenggarakan pelatihan petani peserta "gerakan multi aktivitas agribisnis" (Gemar), sebagai kegiatan pelatihan petani dan pelaku agribisnis bersumber dari bantuan provinsi di Kabupaten Garut tahun anggaran 2010.
Diikuti 50 peserta, terdiri 43 petani dan selebihnya dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pedesaan yang berlangsung di aula Dinas Tanaman Pangan pada 5-6 April 2010, ungkap Abdulrachim, menambahkan.
(U.KR-HT/C/Y008/Y008) 05-04-2010 14:22:56
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Padahal potensi produktivitas padi di daerah tersebut, bisa mencapai 9 ton per hektare serta padi gogo 6 ton per hektare, ungkap Kepala Bidang Padi dan Palawija pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Garut, Ir Abdurachim, Senin.
Didampingi Kasi Saralia (kacang-kacangan)Ir Dudung Sumirat, Abdurachim mengemukakan, dari potensi 9 ton padi per hektare itu, pada tahun 2010 ini hanya bisa menargetkan sasaran produktivitas 7,2 ton per hektare atau meningkat 0,6 ton/ hektare, dibandingkan sasaran produktivitas tahun sebelumnya 6,6 ton/hektare.
Sedangkan dari potensi 6 ton/ hektare produktivitas jenis padi gogo, tahun ini sasaran yang ditargetkannya 3,9 ton per hektare, meski di tahun-tahun mendatang akan terus ditingkatkan hingga mencapai potensi produktivitasnya dengan berbagai upaya dan sentuhan pengembangan teknologi pertanian, katanya.
Pada areal sawah seluas 51.111 hektare dengan luas tanamnya 106.000 hektare/tahun, dikelola 65 persen dari 2.345.108 jiwa penduduknya sebagai petani, namun 70 persen petani Garut berkondisi "gurem" termasuk sebagai buruh tani.
Sebagian besar buruh tani dengan upah yang rendah ini, mengakibatkan rasa memiliki mereka terhadap lahan yang digarapnya relatif kurang, karena produktivitas tinggi pun tak akan dengan sendirinya bisa meningkatkan upah mereka.
Sehingga meski produktivitas mengalami peningkatan setinggi apapun, nilai upah mereka tidak berubah meski mereka pun sebagian besar mengetahui seluk beluk penerapan pengembangan teknologi pertanian, ungkap Abdurachim.
Bahkan kerap terjadi, saran dari kalangan buruh tani untuk menerapkan pengembangan teknologi malahan ditolak oleh pihak pemilik sawah, menyebabkan kalangan buruh petani mengikutinya akibat takut kehilangan lapangan pekerjaan, kendati dengan penghasilan yang sangat pas-pasan.
Sementara itu, saat ini pun diselenggarakan pelatihan petani peserta "gerakan multi aktivitas agribisnis" (Gemar), sebagai kegiatan pelatihan petani dan pelaku agribisnis bersumber dari bantuan provinsi di Kabupaten Garut tahun anggaran 2010.
Diikuti 50 peserta, terdiri 43 petani dan selebihnya dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pedesaan yang berlangsung di aula Dinas Tanaman Pangan pada 5-6 April 2010, ungkap Abdulrachim, menambahkan.
(U.KR-HT/C/Y008/Y008) 05-04-2010 14:22:56
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010