Garut, 15/3 (ANTARA) - Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang memasuki usianya ke 198 tahun pada 17 Maret 2009, dipimpin oleh 24 bupati mulai dari bupati pertama R.A.A. Adiwidjaja (1813-1831) hingga kini bupati Aceng H.M Fikri (2009-2014).
Kabupaten Garut kini berpenduduk 2,345 juta lebih, yang tersebar pada 42 kecamatan dan 424 desa/kelurahan dengan luas wilayah 306.519 hektare, namun 60 persen diantaranya berkondisi rawan longsor meski memiliki keanekaragaman hayati plasma nuftah serta beragam potensi sumber daya alam.
Kondisi sosial budaya masyarakatnya agamis, bahkan merupakan gudangnya para santri dan kiayi dengan ribuan lembaga pendidikan keagamaan antara lain berupa pondok pesantren (Ponpes), sehingga bisa dibanggakan sebagai sumber daya pendukung pembangunan, kata Ketua DPRD setempat, Ahmad Bajuri, SE, Senin.
Ditemui sebelum melaksanakan ziarah ke makam leluhur Garut, R.A.A. Adiwidjaya, Ahmad Bajuri juga mengemukakan kebanggaannya karena pada momentum hari jadi ke-198 dirinya mendapatkan amanah memimpin lembaga legislatif di daerah ini.
Dia berharap, peringatan hari jadi ini bisa dimaknai untuk berupaya meningkatkan kemajuan kabupaten Garut di berbagai sektor pembangunan dan kemasyarakatan.
Sebelumnya, Dewan pengawas Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), juga Warga Indonesia Asal Garut (Wiasgar), Dindin Maulani mengingatkan, dua tahun terakhir ini kemajuan daerahnya tidak signifikan bahkan cenderung stagnasi.
Padahal memiliki bupati dan wakil bupati berusia muda dan masih berenergi tinggi, sehingga diperlukan semangat heroik agar bisa mengungkit perkembangan kemajuan Garut pada semua sektor pembangunan, tegasnya saat ditemui ANTARA di Garut.
Dia juga mengingatkan, peranan Sekda dinilai penting sebagai kunci mewujudkan tertib kinerja birokrasi dalam membantu atasannya yakni bupati dan wakil bupati, apalagi sosok Hilman Faridz selama ini telah memiliki banyak pengalaman di lingkungan birokrasi serta pemerintahan, katanya.
Sehingga sosok Sekda, bisa diibaratkan dirigen musik konser besar, dituntut pro aktif mewujudkan harmoni yang solid, agar dapat memproduksi kinerja pelayanan publik dengan baik dan benar juga sehat, bahkan bisa indah dan nyaman dirasakan masyarakat penerima jasa layanan, seperti alunan konser yang tidak "fals", katanya.
John DH
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Kabupaten Garut kini berpenduduk 2,345 juta lebih, yang tersebar pada 42 kecamatan dan 424 desa/kelurahan dengan luas wilayah 306.519 hektare, namun 60 persen diantaranya berkondisi rawan longsor meski memiliki keanekaragaman hayati plasma nuftah serta beragam potensi sumber daya alam.
Kondisi sosial budaya masyarakatnya agamis, bahkan merupakan gudangnya para santri dan kiayi dengan ribuan lembaga pendidikan keagamaan antara lain berupa pondok pesantren (Ponpes), sehingga bisa dibanggakan sebagai sumber daya pendukung pembangunan, kata Ketua DPRD setempat, Ahmad Bajuri, SE, Senin.
Ditemui sebelum melaksanakan ziarah ke makam leluhur Garut, R.A.A. Adiwidjaya, Ahmad Bajuri juga mengemukakan kebanggaannya karena pada momentum hari jadi ke-198 dirinya mendapatkan amanah memimpin lembaga legislatif di daerah ini.
Dia berharap, peringatan hari jadi ini bisa dimaknai untuk berupaya meningkatkan kemajuan kabupaten Garut di berbagai sektor pembangunan dan kemasyarakatan.
Sebelumnya, Dewan pengawas Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), juga Warga Indonesia Asal Garut (Wiasgar), Dindin Maulani mengingatkan, dua tahun terakhir ini kemajuan daerahnya tidak signifikan bahkan cenderung stagnasi.
Padahal memiliki bupati dan wakil bupati berusia muda dan masih berenergi tinggi, sehingga diperlukan semangat heroik agar bisa mengungkit perkembangan kemajuan Garut pada semua sektor pembangunan, tegasnya saat ditemui ANTARA di Garut.
Dia juga mengingatkan, peranan Sekda dinilai penting sebagai kunci mewujudkan tertib kinerja birokrasi dalam membantu atasannya yakni bupati dan wakil bupati, apalagi sosok Hilman Faridz selama ini telah memiliki banyak pengalaman di lingkungan birokrasi serta pemerintahan, katanya.
Sehingga sosok Sekda, bisa diibaratkan dirigen musik konser besar, dituntut pro aktif mewujudkan harmoni yang solid, agar dapat memproduksi kinerja pelayanan publik dengan baik dan benar juga sehat, bahkan bisa indah dan nyaman dirasakan masyarakat penerima jasa layanan, seperti alunan konser yang tidak "fals", katanya.
John DH
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010